01 - RUMOR

346 8 0
                                    

HAPPY READING!

-Mencintai Rora sampai hayat penghabisan-

Arga Alvansa Ekio

🌠🌠🌠

Rora meniup-niup kotoran kukunya yang baru ia korek dengan lidi yang tadi pagi ia pungut di tong sampah. Walaupun tingkahnya seperti pemulung lidi dadakan tiap hari, setidaknya kukunya bersih. Rora sangat menyukai semua sisi tubuhnya.

"DUARD, ANJING!"

Rora mendongak, ia melihat makhluk astral yang berdiri di samping mejanya sambil cengengesan, harap-harap Rora kaget pura-pura agar makhluk astral ini tidak malu pada teman kelasnya.

"Stress." Hanya satu kata itu yang keluar dari mulut Rora, dan Rora kembali sibuk dengan aktivitasnya tadi, mengorek saudara jauh daki, kotoran kuku.

"Sialan lo!" Maki makhluk astral itu.

"Wuiff, lo kali." Kekeh Rora sambil meniup kotoran kukunya yang begitu tebal.

"Kuku lo item mulu deh tiap hari, habis ngorek harta karun di lubang hidung, apa main pasir tiap hari kek bocil?" Tanya makhluk astral yang kerap di panggil Wifa, tapi selalu di ledeki kembarannya wifi. Dia adalah teman seperjuangan Rora, dan seagama dengan Rora, tapi beda denominasi, Rora Katolik sementara Wifa Protestan.

"Habis garuk tangan gue, bedaki semua, gak mandi dua minggu. Ke sekolah cuma cumuk sama sikgi." Jelas Rora dengan suara lantanganya, tidak peduli jika itu membuat citra sok bersihnya tergores lagi, karena Rora anti pencitraan, toh memang benar Rora bersih orangnya, buktinya ia merawat tubuhnya jika mood saja.

Tuk

"Malu dikit kek bebs...." Geleng Wifa.

"Oh."

"Parah men, dibales oh doang, kek doi. Pas di jelasin sesuatu sepanjang tali gorila jawabnya cuma oh, owh, ooo, haha, oh gitu. Sakit banget gan...." Curhat Wifa sambil memegang dadanya.

Rora meniup kotoran kukunya, lalu menaruh lidi itu di tumpukan lidi lainnya di dalam lacinya. "Curhat mulu lo, berjuang kagak."

Wifa membulatkan matanya, lalu menoyor Rora. "Anjir, jangan diperjelas juga dong!"

"Udah jelas juga, ngapain pura-pura gak jelas." Geleng Rora, teman seperjuangannya satu ini amat banyak drama, hingga tidak sadar diri jika drama itu telah tamat karena diketahui siswa/i lainnya. "Ngapain lo ke kelas gue? Tumben bener, biasanya juga sibuk sendiri sama mas doi." Cibir Rora.

Wifa mendengus, sikapnya yang selalu bucin di depan umum membuat dirinya di cap cewek yang memiliki cinta buta pada Deril, si es kutub yang amat sulit ditaklukkan, seakan Wifa harus meninju triliunan es batu dulu hingga sampai di es batu akhir. Tapi sampai saat ini Wifa sama sekali tidak meninju satu es batupun.

"Gak usah bawa-bawa dia, bawaannya gue sad girl mulu...." Cemberut Wifa.

Rora memutar bola mata malas, "mulaikan... Makanya, kalau cinta itu jangan buta, kek gue nih sama mas crush, gak ada yang bucin-bucin kek lo, lebih mendahuli gengsi, hingga satupun dari kami diem di tempat, satu levelpun belum di lewati...." Bangga Rora menepuk-nepuk dadanya.

AROGA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang