HAPPY READING!
Manusia tidak luput dari kesalahan, tapi kesalahan Arga udah keluar batas!
-Arora Berin
🌠🌠🌠
Rora menendang sampah yang ada di depannya, Rora kesal bukan kepalang, karena Arga yang sama sekali tidak mengindahkan permintaannya.
"Ayo." Ajak Arga seperti memaksa Rora.
Rora menyentak tangan Arga. Hari ini mood Rora tidak bagus, jadi gadis itu terus saja memancing keributan. "Udah gue bilang, jauh-jauh dari gue!" Bentak Rora. "Kita beda!"
Arga menarik Rora ke dekapannya. Arga tahu jika mereka beda, tapi haruskah Rora terus mengatakannya? Tidak bisakah Rora diam saja seperti hari lalu? Arga merasakan Rora yang berusaha lepas dari dekapannya.
"Lepasin gue!"
"WOY ARGA! SI RORA MENS!" Teriak Wifa dari ujung koridor.
"WIFA SIALAN!" Maki Rora tidak terima.
Arga tersenyum gemas. Pantas saja Rora memiliki mood amat buruk hari ini. Arga jadi lega, ternyata bukan karena Rora ingin memperjelas, tapi karena memang moodnya yang sedang tidak baik-baik saja. Jadi ingin mencari keributan dengan Arga.
"MAAF RA! GUE GAK ENAK HATI LIAT ARGA SEDIH LIAT LO BEGITU! BYE, GUE MAU BELI ROTI MENTEGA DULU!"
"BALIK LO! SEBELUM GUE TERIAK MANGGIL DERIL!"
"BODO AMAT!" Wifa mengangkat dua jari tengahnya ke atas. Jangan ditiru!
"WIFA ANJ--" Rora terdiam saat melihat guru botak yang baru saja keluar dari kelas melotot melihatnya, yang hampir saja mengeluarkan umpatan, dengan teriakan yang menggelegar. "Pak...." Sapa Rora dengan sopan.
"Arga, ini masih ranah sekolah." Tegur bapak botak tersebut. "Tolong hargai kaum jomblo disini." Singgung bapak botak itu, dan menarik Arga, agar melepas pelukannya dengan Rora. Setelahnya bapak botak tersebut pergi dari sana.
Rora mengelus dadanya, lalu menggeplak kepala Arga. "Kesal gue sama lo!" Setelahnya Rora dengan sengaja menyinggung bahu Arga, dan berjalan menjauh. Tapi bukan Arga jika tidak mengejar Roranya.
"Ra... Mau makan?" Tanya Arga seperti penawaran.
"Gak." Tolak Rora mentah-mentah.
Arga mensejajarkan langkahnya dengan Rora. "Lo mau apa? Kasih tahu gue." Mohon Arga, lalu mencekal tangan Rora. Rora langsung menghempaskan tangan Arga, dan kembali berjalan cepat.
Arga terdiam, ia tidak tahu harus apa lagi. Arga mengamati Rora yang semakin lama, semakin menjauh. Arga menghela napasnya, cowok itu hendak mengejar tapi bahunya ditarik seseorang. Seseorang itu adalah Gio, dan Lia di sampingnya. Lia tengah menjilat es creamnya, tapi menyempatkan diri menyapa Arga dengan melambaikan tangannya. Arga hanya merespon dengan senyuman, lalu mengalihkan pandangannya pada Gio.
"Si Rora suka sama Justin, yang berkaitan sama Justin, pasti buat dia tenang." Ujar Gio, bukannya berterimakasih Arga malah mengerutkan dahinya tidak mengerti. Apakah maksud Gio, Arga harus memberikan Rora cuma-cuma pada Justin? Enak saja. "Maksud--"
"Yahh, baju Lia kena es cream." Keluh Lia. "Gio, lap-in." Perintah Lia.
Arga melihat Gio yang meraup wajahnya seperti frustasi. Lalu cowok itu mengelapnya menggunakan baju yang cowok itu pakai.
"Maksud lo ap--" Arga menjeda pertanyaannya saat melihat Justin melewati tempatnya berdiri, di samping cowok itu pastinya sudah ada Arabella. Arga jadi mengingat perkataan Andre bahwa hubungan Justin dan Arabella sudah-- lupakan, Arga kembali mengingat kembali, jika Andre mengatakan itu hanya rumor.
KAMU SEDANG MEMBACA
AROGA (END)
Teen Fiction[ FOLLOW SEBELUM BACA! ] •• "Lo gila, Ga...." "Gue gila karena lo, Arora." Beda keyakinan. Mencintai seseorang yang berbeda keyakinan? Beribadah di tempat yang berbeda? Selalu ditentang kuat keluarga? Tidak lagi menjadi hal yang tabu bukan? Banyak y...