HAPPY READING!
POST LAGI NIH😎💅
-Gak bisa hidup tanpamu? Bacot-
-Rora
🌠🌠🌠
Malam kemarin Rora sampai dengan selamat, ternyata driver itu baik. Tidak seperti yang Rora simpulkan kemarin.
Rora menaruh kembali meja dirigen ke posisi awalnya. Rora mengambil tasnya dan bergegas keluar dari Gereja tergesa-gesa. Hari ini Rora tidak ikut misa harian, dikarenakan Rora harus ke rumah sakit, kata Reno papanya drop lagi. Padahal terakhir kali papanya drop tiga tahun lalu.
Rora menampung semua air matanya, berusaha tidak membiarkannya jatuh. Rora mencoba untuk kuat. Tidak boleh lemah. Rora masuk ke dalam angkot yang berhenti di depannya. Tidak memakan banyak waktu, akhirnya Rora sampai di rumah sakit. Rora bergegas masuk, ia melihat Lukas tengah berdiri sambil mengurut pelipisnya.
"Bang." Panggil Rora, membuat yang dipanggil langsung menoleh padanya.
"Ayo." Ajak Lukas, Rora dan Lukas berjalan pelan, hingga akhirnya sampai di pintu coklat polos. Lukas mulai membuka pintu dengan perlahan, sedikit menghasilkan bunyi. "Masuk." Suruh Lukas, Rora mengangguk lalu masuk, pertama yang ia lihat ialah pasien lain dan keluarga yang sedang menjenguk, ada sekitar lima belas pasien di ruangan ini.
"Itu papa." Lukas menunjuk Arman yang terbaring di brangkar dengan nebulizer yang menempel di mulutnya.
🌠🌠🌠
Rora merasakan hari-harinya makin hampa, pagi di tanggal 23 seharusnya Rora ada di Gereja, kini harus duduk bersama dengan papanya yang belum bangun dari semalam, abangnya bilang itu efek bius.
"Pa... Rora tinggal bentar ya...." Pamit Rora walaupun tidak di jawab, Rora bergegas keluar dari ruang rawat papanya, dan berjalan menuju kantin rumah sakit.
Rora menarik uang dua puluh ribu dari sakunya, lalu mulai membayar dua roti rasa mentega yang ia ambil. Setelahnya Rora langsung keluar dari kantin. Rora membuka bungkus rotinya, lalu memakannya. Rora dari kemarin tidak makan, karena terlalu fokus pada papanya.
"Rora...." Panggil seseorang.
Rora berbalik, "Kak Ani?" Kaget Rora.
"Huft, dipanggilin dari tadi." Geleng Ani, Ani sekilas melihat pakaian Rora yang gadis itu kenakan juga kemarin. "Dari kemarin ya disini?" Tanya Ani. Rora menganggukkan kepalanya. "Siapa yang sakit?" Tanya Ani.
"Papa." Jawab Rora berusaha tersenyum.
Ani mengelus bahu Rora. "Yang sabar ya... Semoga papa kamu cepat sembuh. Oh iya, kebetulan kita ketemu, kakak mau nyampein kalau kamu cuma dirigen di malam natal aja, yang pagi biar Patricia."
"Oke kak."
"Yaudah kalau gitu, kakak duluan ya." Pamit Ani, Rora mengangguk.
Rora kembali berjalan, ia melihat beberapa suster yang berjalan sambil bercengkrama dengan suster lainnya, sepertinya ini jam istirahat.
Rora mendorong pintu, lalu masuk setelah menutup pintu itu kembali. Rora menaruh roti tersebut ke atas meja, kedua matanya fokus pada kertas yang ada di atas meja, Rora menarik kertas tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
AROGA (END)
Roman pour Adolescents[ FOLLOW SEBELUM BACA! ] •• "Lo gila, Ga...." "Gue gila karena lo, Arora." Beda keyakinan. Mencintai seseorang yang berbeda keyakinan? Beribadah di tempat yang berbeda? Selalu ditentang kuat keluarga? Tidak lagi menjadi hal yang tabu bukan? Banyak y...