HAPPY READING!
🌜🌜🌜
Arga membantu Abbas dan Abizar yang sibuk mengangkat meja dan kursi yang digunakan saat tunangan Asya kemaren. Hari ini Arga berencana untuk pergi ke rumah Rora, tapi ditunda karena harus membantu kekacauan yang ada di dalam rumah yang belum dibereskan. Semua barang-barang yang digunakan kemaren murni milik keluarga Ekio. Ekiolah yang keras kepala ingin mempunyai barang-barang tersebut, katanya agar tidak terlalu mahal jika acara nikahan besar-besaran untuk anak-anaknya. Saat tunangan bisa memakai tanpa menyewa, hanya menyewa dekor dan catering sebagai penambah.
Arga melihat Abbas yang terus saja melihat jam di pergelangan tangannya. Arga tahu betul jika Abbas anti sekali yang namanya terlambat.
"Kerja aja bang. Biar Arga yang beresin." Arga memilih untuk mengalah. Selagi ia masih menjadi pengangguran, karena belum siap bekerja di perusahaan yang baru Ekio rintis, dan perusahaan itu diberikan untuk Arga. Sempat menolak, tapi Arga terpaksa menerimanya karena Ekio tidak bisa lagi untuk mengurus banyak pekerjaan karena umur dan kesehatannya yang kurang memungkinkan.
"Oke." Bukan hanya Abbas yang pergi. Abizar pun ikut pergi. Padahal abangnya yang satu itu pergi sekitar pukul 10:00 Wib. Tapi Arga membiarkannya saja, hitung-hitung sedekah tenaga. Siapatahu dengan melakukan ini, Arga jadi lebih mudah minta restu Arman. Eaa, aminin bestie. Tapi jangan deh, beda agama:(
Arga mengangkat semua meja dan kursi, lalu menyusunnya di sudut ruangan. Hampir satu jam setengah Arga habiskan waktu, hanya untuk membereskan kursi dan meja saja. Disekitarnya sudah banyak sampah yang berserakan.
Arga mengelap peluhnya. Sepertinya ia membutuhkan tenaga orang lain disini. Arga mengambil ponsel yang ia taruh di atas lemari kaca. Lalu menekan tombol panggilan. Panggilan sempat tersambung tapi langsung di tolak. Tidak ingin menyerah, Arga terus menelpon hingga sipenerima mendengus sebal karena terpaksa mengangkat telpon dari Arga.
"Kenapa? Pagi-pagi buta lo gangguin gue. Gila amat."
Arga terkekeh singkat. "Ke rumah gue sekarang. Ada sepupu gue dateng."
"Halah, tipu tipu lo."
"Mau gue fotoin yang mana sepupu gue?"
"Boleh tuh. Biar jelas kalau lo bohong atau engga."
Arga langsung mengirim gambar yang ia inginkan. Setelahnya Arga tersenyum lebar kala melihat Andre sudah melihat gambar yang ia kirim.
"Bangke!"
"Miripkan sama lo?"
"Miripan sama lo deh. Soalnya lo bilang sepupu, ups sorry."
KAMU SEDANG MEMBACA
AROGA (END)
Teen Fiction[ FOLLOW SEBELUM BACA! ] •• "Lo gila, Ga...." "Gue gila karena lo, Arora." Beda keyakinan. Mencintai seseorang yang berbeda keyakinan? Beribadah di tempat yang berbeda? Selalu ditentang kuat keluarga? Tidak lagi menjadi hal yang tabu bukan? Banyak y...