🎶 : We Wish You a Merry Christmas and Jingle Bells
Saya hanya memberikan satu lagi di atas, satu lagu lagi silahkan dengar di yt, kalau mau dengar saja.
HAPPY READING!
-Paling sulit itu ialah menerima kenyataan pahit-
-Rora
🌠🌠🌠
Rora duduk di bangku depan, dekat dengan organa. Rora membaca kertas berukuran 6 R, yang sudah ada tulisan halaman buku madahbakti. Rora melirik jam tangan yang melingkar di tangannya.
"Dua menit lagi." Ucapnya, lalu mulai berdiri dan naik ke atas altar. Dan berdiri di ambo/mimbar. Rora membalik kertas yang ada di ambo/mimbar. "Bapak ibu yang terkasih, malam ini kita akan merayakan malam natal. Dimohon memperhatikan peraturan berikut, pertama diharapkan menonaktifkan hp atau ponsel dari sekarang hingga perarakan pulang, kedua diharapkan untuk menjaga anak-anak agar tidak berkeliaran di luar, ketiga diharapkan ibu yang membawa tas berukuran besar untuk menjaga tasnya baik-baik, kami para petugas memohon dengan sangat, agar tas yang ibu atau bapak bawa diharapkan berukuran kecil, setidaknya dompet saja hingga besok. Karena kami pihak petugas tidak akan bertanggung jawab jika tas tersebut hilang atau dicuri. Keempat, kami mengharapkan bapak dan ibu tidak memakai perhiasan yang berlebihan. Itu saja, terimakasih." Rora melihat anak misdinar yang berdiri di samping lonceng Gereja. Rora mengode misdinar tersebut untuk membunyikam lonceng.
Teng
"Umat dipersilahlan berdiri." Ujar Rora.
••••
Arga membuang kulit kacang ke tong sampah, lalu mengunyah isinya hingga habis. Dan kembali mengambil kacang dari bungkus yang ia pegang, dan begitupun seterusnya.
"Arga...." Panggil Asya yang berdiri di samping bocah ingusan yang mungkin berumur tujuh atau delapan tahun. Asya tampak memegang mukena.
Arga berdiri lalu melempar senyum pada Asya. "Udah?" Tanya Arga.
"Udah, tapi tunggu sebentar lagi ya? Ada yang mau kakak kenalin sama kamu---"
"Kak Alu ada urusan penting kak, besok aja." Beritahu bocah laki-laki yang berdiri di sampingnya dan memotong pembicaraan Asya.
Arga melihat Asya yang tersenyum tipis, lalu perlahan Asya berjongkok. Menyamai tingginya dengan bocah laki-laki tersebut. "Besok-besok gak boleh motong pembicaraan orang lagi ya? Gak sopan." Peringat Asya lemah lembut.
Bocah laki-laki itu menggaruk tengkuknya, lalu menyengir. "Hehe, oke kak."
"Pinter." Asya mengacak rambut bocah laki-laki tersebut dengan gemas. "Kamu pulang sama siapa?" Tanya Asya perhatian.
Bocah laki-laki itu menoleh ke dalam Masjid, lalu menunjuk ustadz yang tengah duduk di depan para muridnya. "Sama Abi... Dan... Umi." Bocah laki-laki tersebut juga menunjuk wanita yang berdiri di depan parkiran dengan wanita lainnya. Terlihat dari tempat Arga dan Asya berdiri, sepertinya wanita itu tengah berbincang dengan wanita lainnya.
"Oooh, yaudah kakak pulang dulu ya... Titip salam buat kak Alu. Besok kakak kesini lagi." Pamit Asya.
"Iya kak."
Asya berdiri, lalu melihat Arga yang terus saja mengunyah kacangnya. "Ayo Ar...."
"Bentar...." Arga membersihkan tangannya dengan bajunya, lalu memberikan bungkusan itu pada bocah laki-laki tersebut. Arga menepuk-nepuk kepala bocah laki-laki tersebut. "Abisin, rezeki jangan dibuang." Ucap Arga lalu terkekeh. Cowok itu berjalan menuju motornya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AROGA (END)
Teen Fiction[ FOLLOW SEBELUM BACA! ] •• "Lo gila, Ga...." "Gue gila karena lo, Arora." Beda keyakinan. Mencintai seseorang yang berbeda keyakinan? Beribadah di tempat yang berbeda? Selalu ditentang kuat keluarga? Tidak lagi menjadi hal yang tabu bukan? Banyak y...