12 - UPACARA

81 3 0
                                    

HAPPY READING!

-Apapun itu, kalau gue gak suka ya tetap gak suka-

-Rora

🌠🌠🌠

Rora menghela napasnya, dirinya lelah melaksanakan rutinitas sekolah setiap hari sabtu tidak semenyenangkan yang kalian bayangkan. Rora harus berlari dari ujung batu pantai, sampai kaki gunung, sekitar 1 KM. Bayangkan sobat.

Rora meneguk air putihnya hingga tandas, Rora hendak membuang botol sekali pakai itu ke pasir pantai, tapi ia mengingat kata-kata seseorang, "Jangan buang sampah sembarangan ya?" Rora kembali berlari sambil memegang botol kosong itu, matanya mengedar guna mencari tong sampah.

"Bentar lagi Ra... Lo nyam-- argh...." Kaki Rora tiba-tiba saja keram, Rora terjatuh dengan tidak elitnya. Beberapa siswa/i yang melihag tertawa terbahak-bahak. Sementara Rora sibuk mengelus kakinya.

"Butuh bantuan cantik?" Tanya seseorang sambil menyodorkan telapak tangannya.

Rora berhenti dengan kegiatan mengelus-elus kakinya, Rora mengangkat kepalanya, ia melihat Arga yang disinari cahaya matahari di wajahnya. Rora memegang tangan Arga.

"Hati-hati." Peringat Arga.

"Ya."

Arga perlahan tapi pasti, ia memegang kedua bahu Rora. Membuat Rora kaget, lalu menatap mata Arga, begitupun Arga. Arga dengan tatapan teduhnya, sementara Rora dengan tatapan memuja ciptaan sang mahakuasa.

Cekrek

"Oke, pas." Teriak Gio si fotografer dadakan setiap sabtu.

Rora mengalihkan pandangannya, dan melihat Gio yang memamerkan gigi putihnya. "HAPUS GAK?!"

"Gak!"

"GI- aw aw." Keluh Rora, ia lupa jika kakinya kram.

"Kan...." Geleng Arga, Arga berjongkok sedikit. "Naik." Titahnya mengode Rora untuk naik ke atas punggungnya.

Rora menggeleng cepat, "gak." Tolaknya.

"Ayo...."

"Gak!" Tolak Rora mengalihkan pandangannya ke samping.

"Ck." Decak Arga, lalu menarik paksa pinggang Rora. "Ayo naik." Suruh Arga.

Rora menghela nafas, lalu melingkarkan tangannya di leher Arga. Rora kaget saat tubuhnya terangkat, kedua kakinya di ambil alih oleh Arga. "Siap?"

"Siap apa?" Tanya Rora bingung.

"LARIIII." Arga berlari dengan kencang, membuat Rora menutup matanya, menyenbunyikan kepalanya di bahu Arga.

"PELAN PELAN WOY!" Teriak Rora.

"CIE...."

Rora mengabaikan ejekan 'cie-ciean' dari mulut-mulut tidak berfaedah itu. Kini jantungnya tengah adrenalin. Arga tidak sama sekali tidak berhenti berlari. Cowok itu malah menjadi-jadi berkelok kesana kemari.

"Ntar gue jatuh!" Keluh Rora protes. Rora merasakan Arga semakin memelankan pergerakannya.

"Maaf."

AROGA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang