VOTE KOMEN! SAYA MAKSA😤💗
HAPPY READING ALL!
Semuanya akan berubah menjadi baik, jika kamu bersyukur dengan keadaan
🌠🌠🌠
Arga merebahkan tubuhnya di sofa ruang keluarganya, semenjak kejadian tadi, Arga memilih untuk menjauh dari Rora.
"Lagi sedih?" Tanya Abizar yang ikutan duduk di sofa. "Rora lagi?" Tanya Abizar tepat sasaran.
Arga hendak berdiri, namun dicegat oleh Abizar. "Apa?" Tanyanya malas untuk menanggapi abangnya.
"Duduk dulu, abang mau bicara." Ujarnya. "Bentar aja, lagian abang juga mau balik ke tempat kerja." Jelasnya.
Arga mengangguk singkat, dan kembali duduk.
Abizar tampak menghembuskan napas gusar. "Jauhin Rora." Pintanya. "Disini abang liat cuma kamu yang berjuang." Ujar Abizar.
Arga berdiri dari duduknya. "Kalau cuma minta hal itu, Arga gak bis--"
"Bentar dulu." Sela Abizar. "Abang tau kalian beda agama, emang perlu perjuangan buat itu. Dan abang tau berjuang itu gak boleh cuma satu orang. Tapi disini abang liat cuma kamu yang berjuang, tampaknya Rora emang gak mau pertahanin hubungan ini." Jelas Abizar seperti menyimpulkan sesuatu yang sudah ia lihat.
Diam
"Abang gak mau ikut campur sejak awal, karena ini emang udah nentang keseluruhannya. Tapi liat kamu yang terus-terusan berkorban, malah buat abang sedih sendiri." Abizar berdiri dari duduknya. Pria itu menepuk bahu adiknya, "abang cuma nyimpulin dikit." Setelahnya Abizar berlalu pergi, keluar dari rumah.
Arga menghela napas, benar yang Abizar katakan. Hanya Arga yang tampak berjuang disini, Rora hanya diam, dan menerima pengorbanan Arga tanpa ingin membalasnya. Arga berbalik, dan saat itu juga ia melihat Ekio yang tengah duduk di kursi rodanya sambil melihatnya dengan sayu.
"Sekali jalan, kamu harus sampai ke tujuan." Kata Ekio telak.
(•ω•)
Rora mengerutkan dahinya, saat melihat pondok bakso milik abangnya tutup. Rora kira papa dan dua abangnya menginap di pondok bakso, hingga mereka tidak ada semalaman di rumah.
Rora menarik ponselnya, sialnya baterainya habis. Rora mendengus sebal, gadis itu melambai-lambaikan tangannya untuk memanggil ojek. Saat ojek berhenti di depannya, Rora langsung saja naik ke atas jok belakang motor.
"Ke rumah pak." Ucap Rora.
Ojek itu mengangguk. "Oke."
Ojek di sekitar pondok bakso kedua abang Rora sangat mengenali Rora dan keluarga. Jadi, tidak salah, jika Rora hanya menyebut rumah. Maka, ojek tersebut tahu dimana tempatnya.
Lama diperjalanan, akhirnya Rora sampai dengan selamat. Rora membayar ongkos lalu masuk ke area rumahnya. Rora terpaku saat melihat ada bendera hitam di depan pagar rumahnya, dan banyak sendal yang terletak di depan pintu. Rora berlari masuk ke dalam rumah.
Rora menjatuhkan tasnya, saat melihat seseorang yang terbaring di atas kasur putih. Dengan kain putih yang menutup seluruh wajahnya. Rora berjalan dengan pandangan shock, Rora menjatuhkan lututnya ke lantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
AROGA (END)
Ficção Adolescente[ FOLLOW SEBELUM BACA! ] •• "Lo gila, Ga...." "Gue gila karena lo, Arora." Beda keyakinan. Mencintai seseorang yang berbeda keyakinan? Beribadah di tempat yang berbeda? Selalu ditentang kuat keluarga? Tidak lagi menjadi hal yang tabu bukan? Banyak y...