43. PEACE

16.6K 3.3K 221
                                    

~ oOo ~

⭐H A P P Y R E A D I N G ⭐

~ oOo ~

Merkurius, Mars dan Bumi kini benar-benar fokus akan misi yang ditugaskan kepada mereka. Setelah menyuruh beberapa agent nya untuk membeli pesawat yang baru saja di sabotase, bagaimana pun caranya, akhirnya mereka bisa menyelesaikannya.

"Hadeuh, udah dong. Lo berdua tuh enggak biasanya banget, dah. Diem-dieman dari kemaren."

Ujar Mars pada kedua kembarannya yang masih berkutik dengan dunia masing-masing. Merkurius sedang memainkan ponselnya, sedangkan Bumi sedang memantau pergerakan musuh lewat komputer nya.

"Gue bakalan maafin lo." Mata Bumi melirik sinis ke arah Merkurius "Kalo lo, bisa fokus sama tugas ini. without thinking about that girl."

Merkurius menghembuskan nafasnya kasar, "Berapa kali gue harus bilang sama lo, Bumi Aeruliga. Gue, sama sekali enggak pernah mikirin dia dalam keadaan ka——–"

"Gue bilang sekali lagi. Fokus sama tugas kita, buang perasaan lo buat dia jauh-jauh."

Tiba tiba saja Merkurius melempar ponselnya, kali ini dengan keras ia katakan "GUE UDAH BILANG BERKALI KALI. GUE, UDAH GAK ADA RASA SAMA DIA. MAU LO APA SEKARANG, BUMI?!"

"NONSENSE!" Bumi membalas perkataan Merkurius "Lo pikir gue gak tau, kalo lo masih suka mencari tau sesuatu hal tentang cewek itu, hah?!" Merkurius mengalihkan wajahnya.

"Gue rasa lo gak lupa, Merkurius. Kalo gue ini, gak tolol like your thoughts."

"Don't provoke my emotions. Lo, sama sekali gak tau apa-apa tentang perasaan gue." Ujar Merkurius dengan penuh penekanan.

Sialan. Niat Mars untuk mendamaikan kedua belah pihak ternyata tidak berjalan semulus itu, justru keduanya bertambah emosi. Andai saja Matahari berada di sini bersama mereka, pasti Mars tidak perlu pusing memikirkan bagaimana cara agar kedua kembarannya itu akur kembali seperti sedia kala.

"WOI, UDAH DONG. GUE CAPEK NIH, NJRIT. MASA GUE KUDU JADI WASIT LO BERDUA, MENDING DIGAJI, LAH INI? DAPET DUIT KAGA, STRES IYA."

"Udah ya, brader-brader. Kenapa sih mesti narik urat? Kan bisa dibicarakan baik-baik." Keduanya masih saling diam dan berusaha mengatur emosinya, Mars akhirnya berniat untuk menghubungi Matahari dengan ponsel yang berada di saku celananya. "Oh, Apa perlu gue telfon At——"

Mendengar Mars yang mengancam akan menghubungi Matahari, Merkurius dan Bumi membelalakkan matanya, dan secara tidak sengaja mereka mengucapkan satu kata dengan bersamaan.

"JANGAN!"

"Yeeeeeeeh???? Giliran gue nyebut nama Atta aja lo berdua baru nurut kayak bocah SD." Mars kembali menaruh ponselnya, dan ikut duduk di disebelah Merkurius. "Udah sini lo Bumi, gue mau nyelesain masalah lo berdua yang dengan terbuka gue katakan GUE PUYENG LIATNYA, NJENG."

Bumi mau tidak mau akhirnya menuruti perintah Mars untuk duduk bersamanya.

"Nah, cakep. Karena sekarang udah nyatu gini, sekarang lo berdua beresin masalahnya, tapi inget!!!!!! Gak make emosi, narik urat, apalagi nyampe baku hantam. Kalo sampe itu terjadi lagi, lo berdua gue kirim ke gereja biar sekalian aja lo berdua jadi biarawati!"

"GUE KAN COWOK, SAT?"

Mars mengendikkan bahunya, "It doesn't matter, duit keluarga gue lebih dari banyak. I think it's enough for the two of you to change gender."

"Sialan."

"Kok lo jadi ngocol gini ya, Mars?"

"Woeya jelass doooooong. Gue nih sedang mendapatkan wewenang dari tuan putri Matahari, untuk mengatur emosi lo berdua, no matter how. Jadi gue sekarang juga sedang berada dibawah naungan seorang Matahari. Hehehe, mau apa lo berdua?" Merkurius dan Bumi sama-sama bersungut, "Denger gue, Merkuy dan Bumidiinjek."

SIXTWINS [ TERBIT ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang