Mendengar tanggapan Kiai yang menjadi panutannya perihal rencana pernikahan Ning Salwa dan pemuda bertato di hadapannya, membuat Ayash ingin menepuk dada sekarang juga. Karena dia sangat yakin bahwa Kiai Rozak tidak akan sembarangan menikahkan putrinya dengan pemuda seperti Elvis.
Tapi dia hanya bisa bersorak di dalam hati, mengingat di sini tidak hanya ada dirinya dan pemuda itu. Tapi ada kiai Rozak yang tentu saja kehadiran beliau membuat Ayash tidak bisa berbuat luasa.
"Maaf Yai, apa sebaiknya kiai beristirahat di dalam saja. Mengingat kiai baru saja keluar dari rumah sakit." Ayash menunduk sambil mengarahkan jempol kanannya ke dalam kamar.
"Iya, apa yang dikatakan Ayash betul. Abi masih harus banyak beristirahat. Ayok, Bi, Rofiq bantu."
Rofiq meraih tangan kiai Rozak dan membawanya ke dalam kamar.
"Abi masih ingin bercerita dengan kalian, masih belum hilang rindu ini kepada anak-anak Abi, " bisik kiai Rozak sambil melangkah perlahan.
"Iya, Bi. Kami akan menemani Abi beristirahat," jawab Rofiq seraya menoleh ke arah adiknya dan memberikan isyarat kepada Salwa supaya mengikutinya.
Mendapat isyarat dari sang kakak, Salwa mengerti dan bermaksud mengikuti kakak dan abahnya ke dalam kamar.
Sekilas dia melirik dua pemuda yang berdiri berhadapan tanpa sepatah katapun tapi Salwa yakin di dalam hati mereka masing-masing sedang aktif berbicara.
Ayash berdiri dengan tenang dan nampak percaya diri menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Pandangannya seketika menunduk ketika Ning Salwa yang telah mencuri hatinya melirik ke arahnya. Meski pada akhirnya keduanya saling menunduk untuk menjaga pandangan, Ayash berusaha menetralkan sikapnya dengan berdehem beberapa kali.
Sementara pemuda bertato di seberangnya, menatap lekat ke arah Salwa yang baru saja terlihat melirik Ayash. Namun seketika pandangannya meredup ketika Salwa beralih melirik ke arahnya. Satu tangannya berkacak pinggang sementara tangan yang lain menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Detik berikutnya dia mengalihkan pandangan sambil membuang nafas kasar. Salwa tidak seperti gadis lainnya yang akan luluh dengan sekali kedipan mata. Justru dia punya tatapan tajam yang mampu menciutkan nyali pemuda sepertinya.
Kedua pemuda yang berbeda latar belakang itu saling menatap ketika gadis dengan hijab lebar serta kain penutup wajah itu menghilang di balik pintu kamar.
Keduanya saling tatap tanpa bersuara, seolah ada banyak kata yang ingin mereka sampaikan pada orang di hadapannya.
"Sebaiknya kamu mundur saja sebelum malu karena akhirnya akan tersingkir juga," ucap Ayash sambil tetap berpangku tangan.
"Atas dasar apa kamu begitu cepat mengambil kesimpulan seperti itu?" Elvis menatap pemuda yang tengah memandang ke arah lain itu dengan sedikit menyelidik.
Ayash nampak begitu percaya diri dengan menyebut Elvis akan kalah dalam persaingan terselubung ini.
Tidak langsung menjawab pertanyaan rivalnya, Ayash berjalan mendekati Elvis lalu memutari tubuh pria jangkung berhidung mancung itu. Seakan dia ingin lebih detail melihat pemuda yang berpenampilan tidak layak ini, itu menurut penilaiannya.
"Kamu pernah mendengar kalimat bahwa lelaki baik hanya untuk wanita baik begitupun sebaliknya?"
"Maksudmu, kamu lebih baik dari aku?"
"Aku tidak bilang seperti itu." Ayash berdiri di samping pria yang kini mau tidak mau menatapnya.
Rahang Elvis sedikit mengeras, pria itu cukup faham dengan apa yang dimaksud oleh Ayash. Meski dalam hati dia mengakui bahwa memang dirinya tidak pantas untuk gadis sebaik dan sesoleha Salwa, tapi menurutnya Ayash tidak pantas menyimpulkan seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Salwa, Gadis tanpa Kegagalan
Teen Fiction21+ Yang puasa boleh diskip. 😂 Setelah semakin melotot kaget karena ada yang menempelinya, Salwa mendorong kuat tubuh di depannya tapi gagal. Mundur pun tak bisa karena posisinya yang sudah mentok ke dinding beton pagar, hingga akhirnya memilih pas...