#SALWA
(9)Elvis melihat penampilan Salwa dengan heran. Gadis itu memasang sehelai kain menutup wajahnya ketika ke luar dari kamar. Mungkin dengan cara ini ia bisa menutupi identitasnya dari paman atau pun preman anak buah papinya Elvis.
"Kamu? Kenapa berpenampilan seperti itu? Apa tidak sesak karena sulit bernafas?" Elvis menunjuk wajahnya. Ia menarik dan mengeluarkan napas cepat. Sesak rasanya melihat Salwa yang hanya terlihat matanya.
Salwa menggeleng, dia menikmati itu. Mungkin ini jalan yang harus ditempuh hingga gadis berkulit putih cerah itu bisa menggunakan niqab.
"Seperti orang Arab, sih. Arab nangdi, heh!Heheheh." Pria dengan kemeja dan celana jeans bolong-bolong itu tertawa mengejek.
Salwa menaikkan satu sudut bibirnya di balik cadar. Dengan tangan menyilang ia bicara menatap pada Elvis. "Anda tau? Yang sekarang Tuan tertawakan ini adalah apa yang ummul mu'minin kenakan?"
"Ummul mu'minin?" Pria itu tampak berpikir.
"Iya, ibunya orang-orang beriman. Istri-istrinya Nabi."
"Termasuk Aisya Khumoiro yang viral itu?"
"Yah, Bunda Aisyah."
"Bukannya istri Rasul yang itu gak pakai cadar, makanya disebut pipi merah dan cantik. Wah, jadi bayangin istri Rasul yang cantik itu pakai cadar, tapi kamu kan gak secantik dia kenapa pakai cadar?"
Salwa memutar mata malas. "Gini ya, Tuan preman yang kadang baik hati tapi suka asal bicara, pertama penyanyi-penyanyi itu mendapat lirik lagu dari hadis. Jadi bagaimana sosok Bunda Aisyah itu dijelaskan dari hadis-hadis."
Elvis semakin terlihat bingung. Namun, dalam hatinya ketika mendengar lagu viral itu ia penasaran bagaimana sosok istri Nabi dan kehidupan rumah tangga Nabi beserta istri-istrinya. Bukankah Nabi istrinya banyak, apa cuma Aisya Khumairo yang Nabi Muhammad cintai?
"Satu lagi, berilah penghormatan saat menyebut nama beliau, satu dari wanita yang Rasul cintai."
"Maksdunya?"
"Panggil dengan Bunda Aisyah, Syaidah Aisyah dan sebutan beliau untuk istri Nabi."
"Em. Apa harus begitu?"
"Ya, itu namanya adab."
"Wah, kamu tau sangat banyak Nona."
"Itu karena aku belajar!" Setelah panjang lebar bicara, akhirnya Salwa merasa lelah dan memilih duduk. Ia mengangguk pada Ibu Elvis yang tengah sibuk di meja dapur. Wanita itu membalas dengan senyuman. Ia sedikit aneh melihat Salwa, tapi bukan haknya untuk berkomentar buruk pada tamunya.
Elvis tertegun, ada banyak hal yang tak ia mengerti. Entah kenapa, melihat Salwa mengerti dengan semua itu membuatnya iri. Jika saja ia lahir dari keluarga seperti gadis di depannya, pasti akan berbeda dengan sekarang. Ia tak perlu belajar menjadi orang jahat dan menyaksikan banyak perlakuan amoral papi dan anak buahnya tanpa bisa berbuat apapun.
"Di mana Kang Ayash?" Pertanyaan Salwa membuyarkan pikiran Elvis.
"Ke Masjid."
"Sholat jumat? Kenapa Anda tidak ikut?"
"Aku bukan ustaz juga bukan santri seperti Akangmu itu."
Salwa memiringkan senyum. "Ck. Sholat jumat itu kewajiban umat Islam."
"Kamu sendiri?!"
"Aku? Aku? Oh ya Allah, bisa majnun aku terus bicara pada orang seperti Anda!" Gadis itu bangkit pergi ke dapur untuk mengambil minum.
Elvis menghela napas, ia tak mengerti maksud Salwa. "Apa bedanya sholat jumat dan sholat-sholat lain? Aku tidak pernah memperbatikan itu." Pria itu memang tak mengerti sama sekali. Meski orang baik, maminya tidak pernah mengajarkan tentang agama, atau menyewa guru privat untuk mengajarkan agama. Ia merasa sangat rendah di hadapan Salwa hari ini.
Tidak berapa lama, Ayash datang. Lelaki itu langsung menangkap sosok perempuan yang memakai niqob tengah duduk dekat mami Elvis. Ia langsung tahu bahwa itu Ning Salwa.
"Sudah siap, Ning?" tanya Ayash. Mereka berencana ke rumah sakit melihat keadaan Kyai Rozak. Gadis yang ditanya mengangguk.
Setelah makan siang, Salwa ditemani Elvis dan Ayash meluncur ke rumah sakit. Tidak ada lagi anak buah Bramanta berjaga di sana setelah Salwa dikabarkan meninggal. Namun, papi Elvis tetap mengirim orang untuk mengawasi apa yang anaknya kerjakan.
***
Bramanta menghisap cerutu yang telah dibakarnya. Dengan seorang gadis berpakaian seksi memijat kaki ketua mafia itu.
"Apa kabarnya?""Tuan Elvis terus terlihat dengan seorang gadis dan santri yang dulu pernah kami pukuli."
"Bukannya anak kyai itu sudah mati?"
Anak buahnya mengangguk. "Betul. Gery sudah membunuh gadis itu."
"Lalu siapa gadis itu? Apa Elvis berusaha membodohi kita?" Bramanta memainkan asap di mulutnya. Sedang anak buahnya diam. Ia takut salah bicara dan membuatnya kehilangan nyawa karena dianggap tidak becus mengurus tugasnya.
"Jadi benar Elvis sudah membodohiku? Hem." Bramanta tersenyum sinis.
"Apa kami perlu lakukan sesuatu."
"Tidak. Tunggu saja dulu. Apa kyai pesantren itu tidak curiga?"
Anak buahnya menggeleng lagi.
"Bagus. Penjilat rata-rata memang bodoh! Biarkan saja Elvis dan gadis itu, hanya terus awasi dan laporkan padaku."
"Baik Bos!" Pria berbadan kekar itu pergi meninggalkan Bramanta yang menikmati setiap sentuhan dua gadis yang memijit kaki dan punggungnya.
***
"Kamu sebaiknya tetap di sini, biar santri ini saja yang masuk. Kita tidak tahu apa yang ayahmu tau." Elvis mencegah Salwa yang sangat ingin masuk. Ia bahagia melihat abinya sudah bangun dan sangat ingin berbincang.
Ayash mengerutkan kening. Awalnya ia bingung kenapa Elvis melarang Salwa masuk. Tapi setelah dipikir benar juga apa yang ia katakan, Kyai Rozak bisa saja kaget melihat Salwa tiba-tiba ada di hadapannya dan berpikir berat dengan keadaan yang ada hingga membuatnya drop.
"Tapi?!" Salwa ingin protes. Ia sudah sangat ingin mencium tangan Kyai Rozak.
"Dia benar, Ning. Tunggu di sini dulu biar saya yang masuk. Semoga belum ada kabar aneh yang Kyai dapat dari orang lain." Ayash meyakinkan Salwa. Karena Ayash ikut melarang, akhirnya Salwa memilih tidak jadi masuk.
Gadis itu kini berdiri di depan pintu dengan Elvis. Mereka bisa mendenagar dengan jelas perbincangan Abinya dan Ayash. Sesekali Kyai Rozak melihat padanya, tapi pria tua itu tidak tahu bahwa gadis bercadar itu adalah anaknya.
Yang ia duga benar, abinya sudah menerima kabar bahwa dirinya telah meninggal. Seketika air matanya luruh begitu menangkap raut kesedihan yang mendalam pada pria itu. Ia berlari agak menjauh dari ruangan Kyai Rozak untuk meluapkan kesedihannya. Disusul Elvis yang kakinya mengayun begitu saja tanpa diminta mengikuti Salwa.
Gadis itu menangis. Ia tak bisa lagi menahan air mata itu, bahkan lupa tengah ada Elvis yang selama ini ia selalu menjaga image di depan pria itu.
Tangis Salwa mengingatkan pada air mata seseorang, ia yang hari itu masih sangat kecil memeluk sang ibu yang hatinya hancur.
Mata gadis itu melebar, tangisnya yang cukup keras berhenti seketika karena terkejut dengan perbuatan Elvis padanya. Pria itu tiba-tiba memeluknya.
Dari kajauhan, Ayash yang baru ke luar ruangan sangat geram, bukan hanya tak sopan pria itu kini berani kurang ajar pada anak Kyai Rozak. Ia mendekat. Tanpa babibu menarik tubuh Elvis dan memukulnya.
Tbc
.
.
.
Hiss dasar preman kurang ajar! Su'ul adab! Ayash memaki2. 😆
Elvis aja yg dimaki, author jangan. Jiwanya rapuh! Makanya ga kelar2 nulis. 😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Salwa, Gadis tanpa Kegagalan
Teen Fiction21+ Yang puasa boleh diskip. 😂 Setelah semakin melotot kaget karena ada yang menempelinya, Salwa mendorong kuat tubuh di depannya tapi gagal. Mundur pun tak bisa karena posisinya yang sudah mentok ke dinding beton pagar, hingga akhirnya memilih pas...