Elvis masih mondar mandir di dalam kamarnya. Sebentar duduk lalu kembali berdiri.
'Ayo Elvis balas! Kamu itu laki-laki, masa tidak ada keberanian membalas pesan dari gadis itu.' batinnya.
Dengan bismillah dia memberanikan diri mengetik pesan balasan untuk kekasih hati.
[Waalaikum salam warahmatullahi wabarakatuh.]
Terkirim.
Lalu ia letakkan ponsel itu diatas kasur. Hatinya bertambah tak karuan, dia membayangkan gadis itu sedang membaca pesan balasan darinya sambil tersenyum lalu pipinya merona.
Elvis berdiri sambil sesekali melirik ke arah ponselnya, berharap segera terdengar notifikasi pesan balasan. Bibirnya tak henti mengukir senyum.
Satu menit,
Dua menit.
Hingga senyum bahagia di wajah pemuda itu berubah menjadi raut cemas dan kecewa karena tak juga mendapat pesan balasan.
'Ah, mungkin saja gadis itu sudah tak memegang ponsel karena Elvis lambat membalas salamnya tadi.' batinnya lagi.
Pria itu menyesali sikapnya tadi yang terlalu banyak menimbang hanya untuk sekedar membalas pesan saja.
Beranjak mendekati kasur dan mengambil ponsel lalu membuka pesan yang tadi dia kirimkan.
Terbaca.
Lalu kenapa tidak dibalas lagi? Elvis berpikir kalau gadis itu malu-malu untuk berkirim pesan kepadanya. Tidak mau membuang kesempatan lagi, Elvis berinisiatif untuk meneleponnya.
Pria itu berjalan ke arah jendela kaca besar, tangan kirinya terselip di saku celana sementara tangan kanannya memegang ponsel yang ia lekatkan pada telinganya.
Jangan ditanya apa yang terjadi di dalam dadanya. Irama jantungnya berpacu dengan nada sambung pada ponselnya. Setiap denyutan terasa seperti menyiksa dalam menantikan jawaban dari gadis di seberang sana.
"Assalamu'alaikum," ucap seseorang dari ujung telepon. Elvis merenggangkan ponsel dari telinganya, lalu membaca ulang kontak yang dia hubungi, Salwa. Seketika alisnya bertaut lalu gurat kecewa samar tergambar. Matanya terpejam sesaat, lalu begitu terbuka dia mengedikkan bahu sambil memutar bola mata setelah sadar siapa yang ada di ujung telepon sana.
"Assalamualaikum, El?" Suara bariton milik Rofiq terdengar lagi, kali ini lebih mirip dengan pertanyaan.
"Emm ... eh ... waalaikum salam warahmatullahi wabarakatuh, Bang Rofiq?" Elvis menjawab dengan gugup diakhiri dengan pertanyaan lagi.
"Ya, Elvis ... kamu ... baik-baik saja?"
"Iya, aku baik-baik saja kok." Elvis mengusap tengkuknya berulang. Sudut bibirnya terangkat, seketika dia tersenyum miring.
"Jadi, yang tadi mengirim pesan juga ... Abang?" tanyanya ragu.
"Iya lah," jawab Rofiq.
"Aku pikir ... " Elvis menggantung kalimatnya.
"Kamu pikir yang punya ponsel ini ya, haha." Seketika tawa Rofiq tak tertahan lagi. Sementara Elvis makin salah tingkah karena ketahuan sedang mengharap gadis itu menghubunginya.
"Bukan seperti itu, Bang. Tapi .... "
"Tapi memang begitu. Aku jadi curiga, sekarang kalian sudah berani main belakang ya, diam-diam saling berbalas pesan," tuduh Rofiq masih dalam nada bercanda.
"Belum kok,"
"Belum? Berarti ada rencana?"
"Aku mana berani?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Salwa, Gadis tanpa Kegagalan
Teen Fiction21+ Yang puasa boleh diskip. 😂 Setelah semakin melotot kaget karena ada yang menempelinya, Salwa mendorong kuat tubuh di depannya tapi gagal. Mundur pun tak bisa karena posisinya yang sudah mentok ke dinding beton pagar, hingga akhirnya memilih pas...