Part 6

4.5K 180 10
                                    

"Gadis itu beneran gak waras!"
Pria dengan jaket hoodie itu memaki Salwa yang telah meninggalkanbya.

Tidak ingin menarik perhatian banyak orang sekitar dengan pistol dibalik jaket, Elvis berjalan ke mobil mengambil pentungan besar.

"Kalian sedang apa?" Elvis bertanya santai sambil memainkan pentungan di tangan.

"Bos?" Baroon dan anak buahnya seketika berhenti memukuli Ayash melihat kedatangan Elvis. Ayash sendiri terduduk dengan napas bersangalan usai dipukuli.

"Jika kalian tidak pergi dalam hitungan lima detik, aku akan mematahkan semua tulang-tulang kalian." Tangan kekar Elvis mengayun pentungan seperti sedang memainkan golf. Ia masih bicara dengan pelan.
Semua preman melihat pada Baroon, meminta pertimbangan.

"Hemh. Kalian takut pada Baroon?" Anak mafia terkejam itu tersenyum licik.

"Em. Bukan begitu Bos. Tapi Bos Bram. Minta kami ...." Baroon mengucap ketakutan. Tatapannya tertunduk seolah sedang berada di depan singa ganas.

Elvis masih bersikap santai, ia berjalan ke arah ketua geng dan mengambil sesuatu di balik baju pria itu.
"Apa ini tugas kalian?" Di acungkan sebuah foto seorang gadis berkerudung.

Baroon tak mnejawab. Ia tahu persis gadis itu adalah seseorang yang Elvis tolong saat di terminal. Ia hanya heran kenapa tuan mudanya itu mempersulit tugasnya. Namun, tidak berani bertanya. Jika di lain waktu dia bisa menyelesaikan tugas dengan mudah, dengan melihat apa yang Elvis lakukan, kali ini  sepertinya tugas akan lebih berat dan sulit.

"Mulai sekarang hentikan mengejar gadis ini! Dia milikku. Oke?!" Elvis kembali menyeru pelan. Baroon cs bergeming, tidak berani membangkang. Mata Ayash menyipit memperhatikan gambar gadis di tangan pemuda yang ditakuti preman-preman itu.

Dahi Ayash mengerut, ia berpikir keras kenapa  yang dipanggil bos itu mengatakan Salwa miliknya, mungkinkah gadis itu sedang disandera?

"Pergilah! Jangan biarkan aku melihat kalian ada di sekitar gadis itu lagi, jika tak ingin nyawa kalian jadi tumbal pembunuhan pertamaku." Elvis tersenyum, setelah menyimpan foto Salwa yang didapat dari Baroon di kantong besar miliknya ia menepuk bahu Baroon berkali-kali.

"Ba-baik, Bos." Baroon menjawab cepat, ia lalu memberi perintah pada anak buah untuk mengikutinya.

Ayash bingung dengan situasi di depannya. Sebenarnya apa yang terjadi. Namun, setidaknya ia masih selamat dan berkesempatan menyelematkan Salwa.

"Bangunlah! Ikut denganku." Elvis berjalan le arah mobilnya. Meski tak mengerti, Ayash mengikuti pria yang sudah menyelamatkan nyawanya itu dengan tertatih menahan nyeri di beberapa bagian tubuh.

Di dalam mobil, Elvis memberikan kotak p3k pada pemuda yang mengenakan pakaian cassual rapi di sampingnya. "Bersihkan lukamu, gadis itu pasti khawatir."

"Gadis?"

"Eem. Gadis di foto ini."

"Ning Salwa, apa kamu yang menyanderanya?"

"Hemh. Kamu gila. Dia yang terus menempel padaku. Dia bahkan tidak mau turun saat aku mengantarnya pulang."

"Hemh. Itu tidak mungkin." Ayash memiringkan senyum, mengobati luka-lukanya perlahan.

"Yah, kamu akan mengerti nanti." Elvis tersenyum. Ia mengingat banyak kelakuan konyol Salwa sejak mereka pertama bertemu. "Kamu sepertinya anak baik, apa hubunganmu dengannya?" sambungnya lagi.

"Dia anak guruku."

"Itu saja? Sepertinya ada yang istimewa sampai kamu rela mati demi dia." Elvis terus bicara. Ayash diam, tangannya terus bergerak mencari titik yang terluka pada bagian tubuhnya. Tentu saja Salwa sangat berarti. Kerinduan yang dipendam pada gadis itu mengisi hari-harinya selama ini.

Salwa, Gadis tanpa KegagalanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang