Salwa mengusap dadanya perlahan sebelum mengantarkan wedang uwuh ke depan. Nama pria yang terakhir disebut Abinya sangat mengganggu konsentrasinya. Bahkan tangannya gemetar saat menyiapkan satu gelas lagi.
Dengan dada yang gemuruh dan tangan gemetar gadis itu berjalan ke depan membawa nampan berisi empat gelas wedang uwuh serta camilan seadanya.
Begitu sampai di depan, Salwa meletakkan minuman itu di atas meja dengan perasaan seperti diawasi sepasang mata pria yang kini membuat debaran jantungnya tak beraturan.
Sebelum undur ke belakang, sekilas Salwa melirik pengobat rindunya dan didapatinya pria itu tengah menatapnya dengan sedikit senyuman. Alhasil gadis itu semakin salah tingkah. Sebelum kemudian terdengar deheman dari Rofiq.
"Ehemm, jangan lama-lama melihatnya. Ingat belum halal!"
Sontak membuat kedua orang yang dimaksud memerah pipinya. Salwa yang merasa ketahuan tengah melirik Elvis begitupun sebaliknya. Segera gadis itu pergi ke belakang untuk menormalkan detak jantungnya lagi.
Ayash sadar itu ... ada sesuatu yang teremas sakit dalam dadanya. Namun, ia berusaha mengendalikan diri. Gus Rofiq pasti hanya bercanda.
Sementara keempat pria itu asik menikmati wedang sambil membahas rencana selanjutnya. Sesekali Elvis melirik ke arah pintu berharap gadis itu muncul kembali di sana karena pertemuan barusan terlalu singkat baginya
"Saya menyarankan supaya Kiai tetap berdakwah melalui media sosial. Ini akan memancing supaya pengacara abine bereaksi," ucap Elvis.
"Saya setuju!" balas Rofiq disusul anggukan Ayash dan Kiai.
***
Elvis berjalan santai sambil bersiul, kedua tangannya terselip ke dalam saku celana jeans yang bolong dimana-mana. Rumah besar yang mirip istana milik Papinya ini selalu sepi bagai tanpa penghuni.
Padahal dulu sewaktu dia dan kak Ellea masih kecil, mereka lahir dan tumbuh besar di sini. Rumah ini selalu dipenuhi canda tawa dan tangisan mereka.
Ah, Elvis jadi semakin yakin bahwa uang sebanyak apapun tidak menjamin hidup bahagia. Kasih sayang dan perhatian keluarga tetap nomor satu yang akan membuat hidup bagai di syurga.
Suara derap langkahnya begitu nyaring memecah kesunyian.
"Papi ada di rumah?" tanyanya pada seorang pelayan yang dia jumpai tadi di lantai bawah.
"Ada, Tuan. Beliau di lantai atas," jawab pelayan tersebut tanpa berani mengangkat kepalanya.
"Bersama jalang lagi?"
"Maaf, Tuan. Sepertinya begitu."
Elvis mencebik kesal, mendengar kekakuan lelaki yang seharusnya menjadi panutannya itu. Tapi di usianya yang sudah tidak muda lagi, dia masih saja hanya memikirkan kesenangannya sendiri daripada keluarganya khususnya anak-anaknya.
Melihat kedekatan kiai Rozak bersama anak-anaknya, Elvis hanya bisa bermimpi kalau dia bisa memiliki keluarga seperti keluarga Kiai Rozak yang saling menyayangi.
Dan sekarang Elvis sudah berada di lantai atas, tapi dia tidak mendapati Papinya. Terang saja karena orang tua itu pasti sedang asik menikmati surga dunia yang hanya menyuguhkan kenikmatan sesaat. Bahkan dia tak pernah mengkhawatirkan anak-anaknya sekalipun.
Untung saja sifat yang satu ini tidak tumbuh di dalam diri anak laki-lakinya. Elvis hanya menjadi anak broken home yang hidup di jalanan sekedar mengusir kesepian karena kurang perhatian dari Papinya.
Puas berjalan mondar mandir tapi tidak juga berhasil membuat ketua mafia itu keluar dari kamarnya. Elvis mengambil remote control untuk home teather yang ada di sudut ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Salwa, Gadis tanpa Kegagalan
Teen Fiction21+ Yang puasa boleh diskip. 😂 Setelah semakin melotot kaget karena ada yang menempelinya, Salwa mendorong kuat tubuh di depannya tapi gagal. Mundur pun tak bisa karena posisinya yang sudah mentok ke dinding beton pagar, hingga akhirnya memilih pas...