28. Insident

171 9 1
                                    

                                ***

          Tadinya setelah sholat Dzuhur, Hanafa ingin langsung pulang. Tapi, Zhelin tiba-tiba saja mengajaknya ke kafe yang tepat di samping rumah sakit Cendrawasih. Katanya di kafe itu terkenal dengan cake Tiramisunya yang enak. Jadi, Zhelin mengajaknya untuk mencoba langsung cake di sana. Karena keasikan mengobrol dan mendengarkan curhatan Zhelin tentang orang tuanya yang akan menjodohkannya, keduanya sampai lupa waktu dan kembali ke rumah sakit saat memasuki sholat asar.

          Akhirnya, Hanafa pulang setelah sholat asar berjama'ah di musolah rumah sakit. Setelah berpamitan dengan sang suami dan sahabatnya, Hanafa bergegas keluar rumah sakit menuju parkiran. Di sana sudah ada pengemudi taksi online yang sudah menunggunya. Sebenarnya tadi Adnan sudah menelpon pak Suryo untuk mengantarkan Hanafa pulang. Tapi ternyata pak Suryo sedang pulang kampung. Katanya, anak perempuannya yang bungsu baru saja melahirkan. Jadi, dia diminta pulang oleh istrinya. Jadi, terpaksa Adnan menyetujui keinginan istrinya untuk naik taksi online.

          " Pak, di dekat sini ada supetmarket tidak, ya? Saya mau belanja bulanan, " ucap Hanafa pada supir taksi online itu.

          " Iya, mbak. Kebetulan di jalan  depan sana ada supermarket. Mbak mau belanja di situ?, " ucap supir itu.

          " Iya deh, pak. Saya belanja di sana aja, " sahut Hanafa.

          Tak lama, mobil yang dikemudikan oleh supir taksi online itu berhenti di depan sebuah supermarket yang cukup besar.

          " Tunggu sebentar ya, pak. Saya tidak lama, kok, " ucapHanafa.

          " Iya, mbak, " jawab supir taksi online itu.

          Hanafa pun bergegas masuk ke dalam supermarket. Beruntung suasana di supermarket itu tidak terlalu ramai, jadi Hanafa tidak perlu mengantri untuk membayar nantinya. Di usia kehamilan yang jalan bulan kedelapan ini, Hanafa mudah lelah bila berdiri atau duduk terlalu lama. Apalagi ia harus ke sana kemari membawa beban perutnya yang semakin besar.

           Tapi, Hanafa bersyukur calon anaknya tumbuh dengan baik dan sehat di dalam perutnya. Saat check up dan USG minggu kemarin, Hanafa sangat senang melihat anaknya begitu aktif bergerak dan tidak ada masalah yang menghambat persalinannya nanti. Jadi, Insya Allah Hanafa bisa melahirkan secara normal. Begitulah kata dokternya. Hanafa juga mulai mengikuti senam ibu hamil yang dijadwalkan oleh dokter Desi, untuk memperlancar proses persalinan nantinya.

          Hanafa berjalan menyusuri supermarket itu. Tak lupa troli yang sudah terisi beberapa bahan makanan yang didorongnya. Hanafa membeli cukup banyak bahan masakan, seperti bumbu dapur, daging ayam, seafood, sayuran dan buah-buahan.

          Saat melewati rak makanan instan, Hanafa tak sengaja melihat jejeran mie pedas korea alias samyang. Entah kenapa, Hanafa jadi tergiur. Membayangkan bagaimana sensasi pedasnya mie bercampur dengan bumbu pedas khas korea yang dijamin pasti nikmat di lidah. Mengingat ia sedang mengandung, Hanafa tidak mungkin memakan mie yang level pedasnya minta ampun itu.

          Hanafa jadi teringat di usia kandungannya menginjak empat bulan, Hanafa ngidam ingin makan seblak. Adnan pun memesankannya untuk Hanafa. Tapi, begitu sampai ternyata seblak itu tidak diberi cabe sedikit pun. Tentu saja Hanafa merajuk. Dan, tanpa sepengetahuan Adnan yang saat itu sedang mandi, Hanafa menambahkan bubuk cabai di dalam seblaknya. Dia pun memakannya dengan semangat, meski pada akhirnya Hanafa kepedesan serta bercucuran keringat dan air mata.

          Adnan yang baru selesai mandi pun terkejut melihat wajah istrinya yang memerah dengan air mata mata yang terus mengalir. Hanafa yang ketahuan pun langsung mendapat omelan panjang dari Adnan, dan tentunya dia hanya bisa pasrah karena itu memang kesalahannya.

Takdir Cinta HanafaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang