05. Sisi Lain Dokter Adnan

446 34 0
                                    

 

              " Ternyata aku sudah
     salah mengenalimu selama ini, "

                           ~Hanafa~

                            

                                 ***

Hanafa POV

          Tak terasa sudah 3 bulan berlalu. Aku menikmati hari-hariku merawat pasien di rumah sakit. Ternyata benar kata ayah, merawat pasien bukanlah pekerjaan yang melelahkan. Kita hanya perlu mengawalinya dengan senyuman dan rasa lelah pun menghilang.

          Aku cukup akrab dengan pasien-pasienku. Terlebih dengan gadis kecil bernama Elena. Usianya sekitar enam tahunan. Aku merasa iba padanya. Diusianya yang masih sekecil itu, cobaan terus menghampirinya. Mulai dari penyakit leukemia yang dideritanya, hingga ibunya yang meninggal karena serangan jantung di hari tepat Elena di antar kemari.

          " El, makan dulu, ya. Biar cepat sembuh, " bujukku sambil melayangkan sesendok bubur khusus orang pesakitan ke arah mulut gadis kecil di depanku. Elena masih enggan membuka mulutnya, sambil menggeleng tanda penolakannya.

          " Kamu harus makan. Emang El nggak mau sembuh? Nggak mau main bareng teman-teman El lagi?, " ucapku.

          " Kakak cantik...El mau ketemu bunda. El kangen bunda. Kok bunda nggak pernah jenguk El, sih?, "

          Lagi-lagi pertanyaan yang sama. Sudah sebulan aku mendengar pertanyaan itu. Ya! Sampai sekarang Elena masih belum tahu mengenai bundanya yang sudah meninggal. Aku merasa tidak tega jika harus menyampaikan kabar buruk itu. Takutnya kondisinya semakin memburuk.

          " Kakak cantik! Kok ngelamun sih? Elena mau ketemu bunda dong, kak. Panggilin ya...., " rengeknya menggoyang-goyangkan lenganku.

          " I–iya. Nanti kakak panggilkan. Tapi, El harus makan dulu, ya. Bunda kamu pasti sedih kalau lihat kamu nggak mau makan, " bujukku.

          Entah bagaimana aku bisa menepati janjiku. Yang terpenting
sekarang Elena mau makan.

          " Horeee!!!, " serunya kegirangan.  Saat aku mulai melayangkan sendoknya lagi, gadis kecil itu kembali menutup mulutnya  dengan  kedua  tangan  mungilnya.

          " kok ditutup  lagi  sih  mulutnya? Kan Elena udah janji mau  makan, " tanyaku.

          " Elena nggak mau makan itu. Elena maunya es krim. Beliin ya, kakak cantik, " pinta Elena dengan puppy eyesnya yang membuatnya terlihat menggemaskan.

          " Nggak boleh, El. Kamu kan lagi sakit. Bubur aja, ya?, " tawarku.

          " Elena maunya es krim. Kakak cantik, please, "

          Sungguh gadis kecil yang keras kepala, tapi sangat menggemaskan. Melihat wajahnya yang dibuat-buat sedih dengan bibir yang sengaja dimanyunkan, membuatku terkekeh sambil mencubit gemas pipi tembemnya. Ya Allah, gemasnya!

          " Assalamu'alaikum, " suara salam dari seseorang yang tiba-yiba membuka pintu.

          " Wa'alaikummussalam!, "

          " Om dokter!!!, " seru Elena kegirangan. Aku yang terkejut, kontan menoleh ke arah pintu.

          Mataku sontak membulat ketika melihat sosok laki-laki yang sangat ku kenali melangkah mendekat ke arah kami. Dalam sekali gerakan, dia mengecup kening Elena dan duduk di pinggir ranjang pesakitan tempat Elena terbaring.

Takdir Cinta HanafaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang