04. Kejadian yang Menghebohkan

475 35 0
                                    

 
" Menjadi ibu merupakan hadiah teristimewa. Bersyukurlah, karena kamu adalah orang yang terpilih untuk menerima hadiah itu."

~Author~

.

.

.

***

          " MAMAH! AYAH!, " suara teriakan Hanafa itu sontak membangunkan penghuni rumahnya.
       
          Teriakan itu bukan berasal dari kamar Hanafa, melainkan sebuah kamar yang berada di lantai bawah, tepatnya dekat ruang keluarga.

          Anisah dan Hanafi tergopoh-
gopoh menuruni anak tangga setelah mendengar teriakan putri bungsu mereka itu. Rasa khawatir kini menyelimuti keduanya saat semakin mendekat ke arah kamar tempat asal suara.

          " Hanum?! Ya Allah, yah. Sepertinya Hanum akan melahirkan," pekik Anisah.

          Anisah segera mendekat ke arah Hanum yang terus meringis kesakitan. Keringat dingin sudah sejak tadi membasahi sekujur tubuhnya. Sementara Hanafa sedang berusaha menenangkan sang kakak.

          " Hana, jaga kakak kamu. Pastikan kondisinya stabil. Ayah siapin mobil dulu, sekalian hubungin rumah sakit, " titah Hanafi yang dibalas anggukan dari Hanafa.

          Hanafa segera berlari keluar, menuju kamarnya. Mengambil tas perlengkapan medis yang selalu dibawanya kemana pun. Setelah itu ia mulai memeriksa kondisi Hanum.

          " Atur nafas ya, kak, " ujar Hanafa.

          " Bagaimana ini bisa terjadi, Hana?," tanya Anisah yang sejak tadi sudah penasaran.

          " Itu, ma. Tadi pas Hana turun mau ambil minum, Hana nggak sengaja denger suara orang ngeringis kesakitan. Pas Hanafa cek, suaranya dari kamar kak Hanum. Kondisinya udah kayak gini pas Hana masuk, " cerita Hanafa, meletakkan kepala stetoskop yg berbentuk piringan(*Diaphragm), meraba perut Hanum.

*Diaphragm/Diafragma: Bagian yg merupakan membran tipis dan datar di ujung kepala stetoskop yg terbuat dari piringan plastik berbentuk lingkaran yg berfungsi khusus untuk mendengarkan bunyi atau suara berfrekuensi tinggi.

          " Tekanan darah kak Hanum normal. Kakak atur pernafasan ya, rileks. Ma, bantu Hana kasih pijitan di punggung, tangan, sama kaki kak Hanum, ya , " ucap Hanafa.

          " Iya, " jawab Anisah.

          " Sekarang kita bantu kak Hanum untuk baring menyamping dulu, ma. Biar lebih enakan, " ucap Hanafa. Anisah mengangguk dan lekas membantu Hanafa.

          Setelah Hanum sudah berbaring dengan posisi menyamping, Hanafa dan Anisah mulai memberi pijatan pelan pada punggung, tangan, dan kaki Hanum.

          Sebenarnya Hanafa tidak menduga hal ini akan terjadi. Pasalnya menurut dokter kandungan yang sering dikunjungi sang kakak, seharusnya waktu kelahirannya masih beberapa hari lagi. Tapi, sepertinya calon keponakannya itu sudah tidak sabar untuk melihat dunia.

          Beberapa saat kemudian, Hanum mulai rileks, meski sesekali  ia meringis menahan nyeri di perutnya.

          " Mobilnya sudah siap. Hana bantu ayah bawa kakak kamu ke mobil. Mama siapin perlengkapan buat lahirannya Hanum, "

          " Iya, yah, " jawab Hanafa dan Anisah hampir bersamaan.

          Dengan sigap Hanafa langsung membantu ayahnya memapa Hanum ke mobil yang sudah terparkir di depan teras rumah. Sementara Anisah mulai mengemas perlengkapan lahiran Hanum. Mulai dari pakaian untuk Hanum serta perlengkapan untuk cucunya nanti.

Takdir Cinta HanafaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang