02. Pertemuan

641 40 1
                                    

         

               " Selalu ada alasan dibalik
                     setiap pertemuan, "

                                 ~F.A~

       

                                  ***

           Hanafa mempercepat langkahnya saat melewati lorong rumah sakit, sambil sesekali melirik ponselnya. Sudah jam sembilan lewat lima menit. Artinya, dia terlambat sekitar lima menit lamanya.

Brukk!!!
 
          Hanafa seketika terkejut saat merasakan ada seseorang yang menabraknya dari arah samping. Spontan ponsel yang dipegangnya terlempar dan melayang di udara.
 
         " Astaghfirullahalladzim!, " pekik Hanafa cukup keras saat jatuh terduduk menghantam lantai di lorong rumah sakit.

          " Maaf, saya tidak sengaja. Kamu tidak apa-apa, kan?, " Hanafa mendongak dan melihat seseorang laki-laki mengulurkan tangannya untuk membanyunya. Hanafa kembali menundukkan pandangannya. Dia tidak menyambut uluran tangan dari laki-laki itu dan memilih berdiri sendiri.
 
          " Lain kali hati-hati kalau jalan, mas. Mas bisa membahayakan orang lain. Untung saya nggak apa-apa, " nasehat Hanafa dengan nada sedikit kesal.
 
          " Maaf. Saya beneran tidak sengaja. Tadi saya buru-buru. Sekali lagi maaf, " kata laki-laki itu lagi.
 
          Hanafa yang baru ingin menyahuti ucapan laki-laki yang tak dikenalnya itu, sontak membulatkan mata saat beralih fokus pada ponselnya yang tergeletak dengan layar menghadap lantai.

          Ponselku! Semoga saja tidak tusak, jeritnya dalam hati. Segera saja Hanafa melangkah menuju tempat ponselnya terjatuh. Ia pun bisa bernafas lega saat melihat ponselnya hanya tergores sedikit di bagian layar atas. Untung layarnya tidak sampai pecah. 

          " Alhamdulillah!, " gumamnya pelan, hingga hanya dia yang bisa mendengarnya.
 
          " Ponsel kamu tidak apa-apa, kan? Kalau ada yang rusak, biar sa--, "
 
        " Tidak Perlu. Tidak ada yang rusak, kok, "  jawab Hanafa, menyela ucapan laki-laki itu. Tanpa berkata apapun lagi, Hanafa bergegas mengambil langkah untuk berlari menuju tujuan awalnya ke sana.

          Di sisi lain, laki-laki itu hanya bisa menatap kepergian dari gadis aneh yang baru saja ditemuinya.

         " Dasar gadis nggak sopan. Sudah baik gue tolongin. Main pergi aja lagi, " gumam laki-laki itu, sambil menggelengkan kepalanya.

 
                                  ***

          Hanafa memperlambat langkahnya saat mendekati ruang rapat khusus dokter bedah. Sejenak ia mengatur nafasnya yang masih memburu. Dia sangat lelah dan juga gerah setelah berlarian ke sana ke mari mencari ruangan yang cukup besar ini.
 
        Karena terburu-buru, Hanafa sampai lupa bertanya dimana letak ruang rapatnya. Hanafa menghidupkan ponselnya, dan seketika terbelalak saat melihat ia sudah terlambat kurang lebih satu jam. Bagaimana ia bisa terlambat di hari pertamanya bekerja. Semoga saja atasannya tidak memarahinya nanti. Sungguh keberuntungan kali ini tidak berpihak padanya.
 
        Akhirnya, setelah mengumpulkan semua keberaniannya dan mengontrol rasa gugup yang sempat membuat tangannya gemetar, Hanafa pun mengetuk pintu ruangan itu. Menggerakkan tangannya memutar knop pintu itu perlahan.
 
        " Assalamu'alaikum, " salam Hanafa seraya melangkah masuk ke dalam ruangan.

          Sontak semua pandangan orang-orang yang berada di ruangan itu kini tertuju kepadanya. Hanafa seketika menelan ludah saat melihat tatapan horor dari beberapa dokter seniornya. Habislah sudah nasibnya setelah ini.

Takdir Cinta HanafaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang