09. Qobul Atas Namaku

497 36 0
                                    

            " Saat kau mengucapkan
    qobul atas namaku, di saat itulah
       aku mencintaimu seutuhnya, "

           ~Hanafa Humaira Rasyid~

                            

                                ***

        Tak terasa sebulan sudah berlalu. Rasanya hari berlalu dengan begitu cepatnya. Dan, penantianku selama sebulan ini akan berakhir dalam beberapa jam lagi. Aku menatap pantulan wajahku yang telah berbalut make up di cermin. Sejenak aku tersenyum kala melihat diriku dalam-dalam balutan kebaya syar'i  berwarna putih berpayet yang memanjang beberapa meter ke belakang, lengkap dengan jilbab berwarna senada yang menutupi kepala hingga dadaku. Rasa gugup kembali menyerangku, bahkan kali ini lebih hebat dari yang kurasakan saat lamaran.

          Aku menghembuskan nafas pelan untuk mengurangi kegugupanku. Aku melangkah menuju jendela kamarku yang tertutup oleh gorden putih yang menerawang. Memandang keramaian di bawah sana. Tamu-tamu mulai banyak berdatangan untuk menyaksikan acara sakral hari ini.

Ceklek!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ceklek!

          Aku menoleh saat mendengar suara pintu dibuka dari luar. Aku melebarkan senyumanku saat mendapati seorang wanita yang sudah rapi dalam balutan kebaya berwarna biru pastel.

          " Wah, adek Kakak cantik banget, ya. Suamimu nanti pasti tidak bisa melepas pandangannya dari kamu, " goda kak Hanum mengusap lembut kepalaku.

          " Apaan sih, kak, " aku menimpali ledekan kak Hanum itu dengan senyuman malu-malu. Bukannya mengurangi kegugupanku, ledekannya malah membuat kegugupanku bertambah dua kali lipat.

          " Oh ya, mama mana, kak? Dari tadi subuh, Nafa nggak lihat mama, " tanyaku, mengalihkan topik.

          " Mama lagi sibuk ngurusin tamu di bawah. Tahu sendirikan mama tuh nggak bisa diem kalau udah menyangkut acara seperti ini. Waktu kakak nikah juga segitu hebohnya, " jawab kak Hanum, kami tergelak saat mengingat kehebohan mama di pernikahan kak Hanum.

          " Hana, kakak yakin Adnan adalah laki-laki yang baik. In sya Allah, dia akan menjadi imam yang akan menuntunmu menuju jannah-Nya, " ucap kaka Hanum, sembari tersenyum.

          " In sya Allah, kak, " timpalku. Semoga saja ucapan tante Hanum itu benar.

          " Hana!, " aku dan tante Hanum kompak menoleh saat kami mendengar suara pekikan seseorang memanggil namaku. Aku terkejut sekaligus bahagia dia ada di sini. Kak Hanum memberi kami ruang, aku berdiri dan langsung memeluknya.

          " Ya ampun, Zhel. Aku pikir kamu nggak akan datang, " ucapku beralih menggenggam tangan kanannya, yang dibalas genggaman yang tak kalah eratnya.

Takdir Cinta HanafaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang