23. Hadiah Terindah

675 29 2
                                    

              " Sesungguhnya usaha
     tak pernah mengkhianati hasil, "

                         ~Someone~

                                 ***

          Adnan berlari menyusuri lorong UGD. Setelah mendapat telepon dari dokter Ridwan tadi, ia langsung bergegas menuju ruang rawat istrinya. Ia sendiri masih bingung apa penyebap sang istri sampai pingsan di depan ruang operasi.

          Langkahnya terhenti di sebuah ruangan kedua dari yang paling ujung. Ruang Mawar II. Tanpa berpikir dua kali, Adnan langsung membuka pintu ruangan itu. pandangannya langsung tertuju kepada seorang wanita yang terbaring dengan mata terpejam di atas brangkar, dengan selang infus yang terpasang di tangan kanannya. Hati Adnan teriris melihat wajah pucat sang istri yang masih setia memejamkan matanya.

          Dengan gerakan pelan, Adnan meraih tangan sang istri yang terbebas dari selang infus, dan langsung menggenggamnya erat-erat, seakan takut kehilangan. Sesekali ia mengecup punggung tangan Hanafa dengan  lembut penuh kasih sayang. Sebelah tangannya ia gunakan untuk mengelus kepala sang istri yang tertutup khimar berwarna ungu muda, berharap Hanafa akan bangun dan mengatakan kalau ia baik-baik saja.

Ceklek!

          Suara pintu yang terbuka menginterupsi kegiatan Adnan. Ia sontak menoleh ke arah pintu yang baru saja dibuka oleh seseorang dari luar. Sosok wanita burusia kira-kira 30-an nampak tersenyum ke arahnya, dan langsung melangkah masuk menuju ke arah brangkar Hanafa. Dokter umum di UGD, yang diketahuinya bernama Herina itu berdiri di sisi brangkar yang satunya dengan seorang suster di sampingnya.

          " Bagaimana kondisi istri saya, dokter Herina? Tidak ada yang serius, kan?, " tanya Adnan dengan nada penuh kekhawatiran.

          " Dokter Adnan tidak perlu khawatir. Dokter Hanafa hanya kelelahan saja. Hal ini wajar bagi wanita yang sedang hamil muda. Saya sudah menyuntikkan vitamin dan penguat kandungan untuknya. Jadi dokter Hanafa akan beristirahat untuk beberapa saat. Setelah ini pastikan saja dokter Hanafa tidak melakukan kegiatan yang terlalu berat. Apalagi ini kehamilan pertama untuk dokter Hanafa dan cukup rentan untuk mengalami keguguran. Jadi, harap lebih hati-hati, ya, " jawab dokter Herina, menjelaskan.

          " M-maksud dokter? Istri saya...ha-hamil, dok?, " tanya Adnan dengan suara bergetar dan terbata-bata. Entah bagaimana ia harus mengekspresikan dirinya saat ini. antara terkejut, bahagia, senang, khawatir, semuanya bercampur menjadi satu.

          " Jadi, dokter Adnan belum tahu soal kehamilan dokter Hanafa? Bagaimana bisa dokter tidak menyadari gejala-gejalanya, " ujar dokter Herina tak percaya. Dan dengan polosnya, Adnan menggelengkan kepalanya dengan wajah yang kelihatan sekali shok bercampur bahagia.

          Bagaimana bisa seorang dokter tidak menyadari kalau istrinya sedang mengandung? Dokter Herina menggeleng, tak habis pikir dengan sosok dokter muda di depannya.

          " Jadi istri saya beneran hamil, dok? Alhamdulillah! Terima kasih atas hadiah terindahmu, ya Allah, “ ujar Adnan penuh haru dan berkali-kali mengucap syukur atas anugerah Allah untuknya dan Hanafa. Adnan sudah lama menanti moment ini, dan Allah telah  menjawab semua doanya.

          Dokter Herina tersenyum simpul, ia mengulurkan tangannya untuk memberi selamat bagi calon ayah di depannya itu, dan segera dijabat oleh Adnan.

Takdir Cinta HanafaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang