26. Pancake Rasa Cinta

534 30 2
                                    

                                ***

          Angin malam berhembus pelan membelai wajah jelita seorang wanita yang tengah berdiri di sisi balkon dengan kedua tangan bertumpu pada pembatas balkon. Kedua matanya terpejam menikmati semilir angin dan udara segar di malam hari.

          Hingga, tiba-tiba ia merasakan seseorang memeluk perut buncitnya dari belakang. Ia pun refleks membuka matanya, lalu menunduk untuk melihat sepasang lengan kekar yang melingkari perutnya dengan erat. Tanpa berbalik pun Hanafa sudah tahu siapa pemilik lengan kekar itu.

          Seulas senyum tersungging di bibir mungilnya. Hanafa kemudian meletakkan tangannya di atas tangan Adnan yang melingkar di perutnya.

          Adnan pun semakin mempererat pelukannya pada tubuh sang istri yang tampak lebih berisi. Adnan mencoba memberi kehangatan lewat pelukannya itu. Wajahnya ia cerukkan di leher jenjang Hanafa yang tidak tertutup oleh khimar. Sejak sepulang mereka honeymoon enam bulan yang lalu, Hanafa memang sudah membiasakan tidak memakai khimarnya ketika hanya berdua saja dengan Adnan. Toh, mereka sudah halal.

          " Kenapa nggak masuk, hm? Udara malam nggak bagus buat kesehatan kamu dan babynya, " ucap Adnan lebih mirip seperti bisikan di telinga Hanafa.

          Nafas hangat Adnan seakan menggelitik telinga Hanafa. Permaisuri hati Adnan itupun menyandarkan kepalanya di dada bidang Adnan. Senyum yang merekah di bibirnya saat tangan Adnan bergerak mengelus pelan permukaan perutnya. Gerakannya sangat hati-
hati, seakan takut melukai calon anaknya yang masih berada dalam perut sang istri. Ah, dia jadi tidak sabar menyaksikan anak pertamanya dan Hanafa lahir ke dunia.

          " Pelukan mas Adnan sudah cukup untuk membuat aku dan babynya hangat, " ucap Hanafa pelan, namun masih bisa di dengar oleh Adnan. Adnan pun merespon ucapan sang istri dengan gumaman singkat.

          Lelaki itu perlahan mengedorkan pelukaannya. Perlahan Adnan membalikkan tubuh sang istri hingga menghadap ke arahnya. Ditatapnya wajah cantik Hanafa dengan lekat dan penuh kasih. Sebelah tangannya terulur untuk membelai wajah putih nan halus istrinya itu. Hanafa sendiri tak kuasa menahan senyuman dan rona di pipinya saat mendapat perlakuan manis dari sang suami.

          " Al hubbu fillah abadan, habibati, " ucap Adnan penuh kasih lalu menenggelamkan kepala sang istri di dada bidangnya, sambil sesekali mengecup puncak kepala Hanafa.

(Aku mencintaimu selamanya, kesayanganku)

          " Uhibbuka fillah abadan, hubby," balas Hanafa, dengan kedua tangan yang sudah melingkar di pinggang sang suami.

(Aku mencintaimu selamanya, cinta)
       
          Adnan melebarkan senyumnya begitu mendengar balasan manis dari istri tercintanya itu. Dia pun menggerakkan tangannya untuk membalas pelukan sang istri.

          " Udah larut. Ayo, kita masuk. Kamu juga butuh istirahat yabg cukup, " ujar Adnan, sembari menjauhkan tubuh sang istri dengan pelan.

          " Hm. Ayo, "

          Adnan merangkul mesra bahu Hanafa, membawa istrinya yang berperut buncit itu masuk ke dalam kamar mereka. Tak lupa ia mengunci pintu balkon. Ia lalu menyusul Hanafa yang sudah lebih dulu berbaring di atas tempat tidur king size mereka. Adnan pun ikut masuk ke dalam selimut, dan menarik pelan tubuh sang istri ke dalam dekapannya. Dengan lengannya yang dijadikan bantal oleh Hanafa. Sebelah tangan Adnan sudah melingkar di perut buncit sang istri.

          " Masa' alkhayr, zawjati, " bisik Adnan mesra.

(Selamat malam, istriku)

Takdir Cinta HanafaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang