***
Aku keluar kamar mandi setelah membersihkan badan. Gamis rumahan berwarna moca lengkap dengan khimar berwarna hitam, menjadi pilihan berpakaianku kali ini. Aku baru saja kembali beberapa jam lalu dari rutinitasku di rumah sakit.
Hari ini begitu berat. Setidaknya ada tiga operasi yang kutangani hari ini. Belum lagi aku harus mem-follow up pasien-pasienku, khususnya gadis kecil di bangsal Bougenville. Lelah bukan? Itu sudah resikonya menjadi dokter.
Setelah melaksanakan sholat Magrib, aku bergegas turun ke lantai bawah untuk menyiapkan makan malam. Papa mertua masih belum kembali dari masjid pesantren, sementara mas Adnan masih ada shift.
Aku bergerak menuju lemari es. Mengeluarkan satu per satu bahan yang kubutuhkan dari sana. Mengingat papa mertua dan mas Adnan sama-sama menyukai masakan padang, aku memilih memasak udang balado, kepiting saus padang, lengkap dengan lalapannya.
Akhirnya, selesai juga. Aku menata rapi makanan yang tadi kubuat di atas meja makan lengkap dengan peralatan makan lainnya. Aku duduk di sofa ruang tamu, sambil menunggu mas Adnan dan papa mertua pulang.
Ting!
Suara notifikasi dari salah satu aplikasi di ponselku berbunyi. Aku yang sedari tadi duduk bersandar di sofa, melirik ke arah benda segi panjang yang tergeletak di atas meja. Aku terkejut sekaligus bahagia melihat nama mas Adnan terpampang sebagai pengirim pesan.
Suamiku 💕
Hana, aku mungkin pulang telat.
Kalau lapar, kamu makan aja
duluan. Tidak usah menungguku.
Aku nunggu mas aj.
Nama untuk kontak mas Adnan emang udah aku ganti dari pas kita nikah. Entah setan alay apa yang merasukiku saat itu hingga memilih nama 'Suamiku'. Pake love-love segala lagi.
Cukup lama aku menunggu balasannya. Hingga, beberapa detik kemudian...
Suamiku💕
Ya sudah. Oh ya, kamu
siap2 ya. Habis isya aku
jemput. Ad kajian di pesantren.
Papa minta kamu hadir.
Iya, mas. Mas makan
malam d rmh, kan?
In sya Allah.
Ok.
Suara azan Isya mulai berkumandang. Hatiku sedikit tersentil mendengar suara muazim yang mengumandangkan azan. Lagi-lagi suara yang sama, ucapku membatin. Entah bagaimana, tapi aku merasa tak asing dengan suara yang terdengar merdu hingga mampu membuat bulu kuduk merinding. Aku segera beranjak menuju kamarku, untuk melaksanakan kewajibanku kepada sang pencipta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Cinta Hanafa
SpiritualSepenggal kisah dari dua anak manusia yang disatukan dalam bahtera rumah tangga tanpa cinta. Disaat salah satu pihak ingin mencoba menumbuhkan rasa, pihak lainnya masih tenggelam dalam kenangan masa lalunya. Berbagai kompromi pun dilakuk...
