Asf - 08

29.8K 3.9K 81
                                    

"haaah" Untuk kesekian kalinya Agnia mengehela nafas, dia memikirkan kejadian semalam.

Tentang Killano Arsyaka Randjendra, sang Antagonis dalam Novel ini.

Dia bukan lagi anak sekolah seperti dirinya atau para pemeran lain, dia satu satunya pemeran yang sudah berkuliah. Mereka berbeda empat tahun, yang artinya sekarang Killano sedang mengkencam pendidikannya di semester lima.

Awalnya Agnia fikir satu satunya pemeran yang bisa dia hindari adalah sang Antagonist. Namun, Takdir sendiri yang membawa Antagonist dekat dengannya.

Sosok Killano di ceritakan dengan karakter yang ramah, dia juga aktif dalam beberapa organisasi di kampusnya.

Dia terkenal, itu sudah jelas. Selain karena dia pewaris tunggal dari keluarga Randjendra, keluarga yang melegenda. Ketampanan juga ikut menambah popularitasnya.

Namun, negatifnya dia tidak ingin di bantah, sikap otortiternya tertanam sejak dini dan dia juga selalu bersikap implusif. Biasa mendapatkan apa yang dia mau, membuat Killano bersikap seolah semua berada di genggamannya.

Satu hal yang tidak bisa ia tarik di hidupnya, yaitu Kansa.

Pertemuan mereka di awali dengan Kansa yang tidak sengaja bertemu dengan Killano di sebuah acara Dinner untuk para pengusaha.

Kansa datang menemani Ayahnya, Seperti halnya pemeran lain yang jatuh cinta pada protagonis, Killano juga memiliki jalan yang sama.

Dia merasa terpikat akan kecantikan Kansa, serta pembawaan yang anggun terlebih Kansa memiliki Kharismanya tersendiri.

Dan saat itu, Killano tak henti hentinya menarik Kansa agar di sisinya. Segala cara akan ia lakukan untuk memiliki gadis itu. Termasuk membunuh Ghibran, gadis yang amat di cintai Kansa.

Yah, memang pemeran utama itu di ciptakan tidak untuk mati. Jadi sekeras apapun usaha Killano, dia akan tetap gagal.

Bahkan puncaknya, kegagalan itu menyengsarakannya. Dia kehilangan banyak aset yang di miliki keluarganya, dia juga kehilangan tangan dan kakinya karena berusaha membunuh Ghibran.

"miris sekali" Agnia bergumam, Killano memberi banyak pelajaran, jika jatuh cinta jangan lupa ikut sertakan otak.

Cinta memang butuh pengorbanan, tapi jangan menyengsarakan diri.

"Siapa yang miris?"

Agnia tersentak, lamunannya buyar. Dia mendelik pada yang bicara, itu Jian.

"Apa lo?" Tanya Agnia tak santai,

"Lo masih pagi ngelamun, ngelamunin Sky yaa" Tebak Jian tak jelas.

Agnia mendengus, masih banyak hal yang bermanfaat dari pada harus melamunkan Sky itu.

"Sky kasihan loh Zur, dia semenjak gak di ganggu lo kaya orang linglung, Ngelamunn mulu" Jian tak bohong, namun tak jujur juga.

"I don't Fucking care" Jawab Agnia acuh, rasanya Agnia ingin berteriak sekeras kerasnya pada dunia novel ini. Bahwa dia bukan Azura, dan dia juga tidak akan menganggu Sky lagi.

Agnia cukup waras, hanya Azura gila!

"Yah sayang banget, Disaat Sky udah terbiasa sama lo, eh lo nya Amesia" Jian tak berhenti membicarakan Sky

"Tujuan lo bilang ini apa?" Agnia bertanya, rasanya dia tidak ingin basa basi terhadap apa yang bukan urusannya.

"Gaada sih, gua cuman mau ganggu lo aja" Jian menyengir. Saat tadi melewati kelas Agnia, Jian melihat gadis itu sedang melamun. Memang pada dasarnya dia iseng, jadi memilih untuk menghampiri Agnia.

Azura sang FiguranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang