AsF - 15

25.6K 3.4K 102
                                    

Semua mata menatap prihatin juga mencemooh pada Liset yang kini terduduk dengan isak tangis.

Kejadian beberapa menit lalu di saksikan oleh banyak orang yang berlalu lalang ingin pulang. Termasuk Azura.

Dirinya berada tidak jauh dari Liset, dia melihat adegan semuanya tanpa terlewati.

Seperti biasa, Liset selalu melangkah dengan gegabah. Dia menyeret paksa Kansa yang berlangkah pinjang ke luar gerbang. Mengapa juga dia mengambil waktu di saat sekolah ini bubar, itu membuat keduanya menjadi antesi semua orang.

Mendorong Kansa hingga perempuan itu tersungkur hampir terjembab aspal.

Tidakah Liset menyadari, bahwa melakukan itu secara terang terangan hanya akan membuat dirinya di kejam habis habisan.

Rasanya percuma jika dia memisahkan Kansa dari Ghibran, itu tidak akan berhasil. Mereka di ciptakan untuk bersama. Semakin berusaha untuk di jauhkan, maka semakin melekat pula keduanya.

Azura menyayangkan, usaha Liset hanya akan berakhir sia sia.

Ghibran bahkan dengan berani menampar Liset, mempermalukan Liset di depan siswa Golden ini. Memilih Kansa dan membiarkan Liset merengkuh dirinya sendiri dengan cemoohan yang berdesik di mana mana.

Tentu, semuanya akan membela protagonis. Kansa terlihat menyedihkan, semua orang akan melihat iba padanya. 

Tapi dari pada mengasihi Kansa yang terlihat menyedihkan, Azura justru mengasihani Liset.

Takdir untuk Liset begitu pelik, dia di khianati kedua sahabatnya, dia kehilangam Ghibran sahabat yang selalu mengerti dirinya, dia bahkan tidak memiliki kehangatan di rumahnya.

Orang tua Liset persis seperti orang tua Azura. Mereka sama sama sibuk bermain bisnis, ambisius untuk memenangkan tender di mana mana.

Tapi semuanya tidak bisa di samakan, Orang tua Liset itu selain sibuk Karena pekerjaan, mereka juga sibuk mengurus pasangan mereka masing masing. Mereka bertahan hanya sebagai formalitas.

Menyedihkan, rasa manusiawi Azura mengeruak ke dasar. Rasanya Takdir yang di tulis untuk Liset begitu tidak adil. Semesta selalu mengkencamnya dengan tidak layak.

Mereka bahkan tidak susah susah mencari penyebab mengapa gadis itu berbuat demikian, mereka hanya menilai apa yang mereka lihat tanpa tahu dasar dari semuanya.

Liset masih memegang pipinya, terisak sedih tak memperdulikan orang orang yang berlalu lalang melewatinya.

Bahkan satupun dari mereka tidak menanyakan keadaan Liset, semuanya hanya menghawatirkan Kansa.

"Kok gua kasian ya liatnya" Zylen dia menatap prihatin Liset, Azura membalas dengan Anggukan.

"Tolongin yuk" Azura menyeruakan niatnya, tapi Zylen mengeleng.

"No, kalo dia marah ke kita gimana?" Zylen khawatir jika mereka menjadi sasarannya.

"Gak akan, ayo" Berucap dengan pasti, Azura menarik Zylen mendekat ke arah Liset.

"Lo gapapa?" Azura bertanya, padahal jelas dia tau jawabannya.

Liset mendongkak, dia berdiri dan mengusap air matanya kasar.

"Gua gak papa!!" Jawabnya tak ramah, mendengar jawaban itu Zylen menoel lengan Azura, mengkode untuk meninggalkan Liset.

"Lo bisa ikut gua ke rumah" Azura menawarkan, sedangkan Zylen menatap Azura tak percaya, dalam diri dia mengatakan bahwa itu bukan pilihan yang menguntungkan. Bagaimana jika Liset benar benar menjadikan mereka ajang Bully.

Azura sang FiguranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang