Killano terpaku, matanya mengunci pada sosok gadis yang kini berdiri di depannya.
Memakai dress hitam selutut, betisnya terlihat tipis dan jejang, memberi kesan anggun tiap langkahnya.
Mata Killano menaik, dia menyusuri setiap inci. Tidak meninggalkan sedikitpun keindahan yang terpapang.
Dan, Arghhh Killano tidak bisa berkata kata.
Azura sangat sangat cantik.
gadis itu seperti wanita dewasa malam ini.
"Jangan pandangi anak saya seperti itu!" Arlendo melempar remote ke lengan Killano, Kekehan terdengar dari Vina yang saat itu berada di samping Arlendo.
"Anak om cantik" Killano mengusap tengkuk, bukannya menciut atas geraman Arlendo tadi. Killano malah memuji terang terang di depan Killano.
"Saya tau." Balasnya ketus.
Matanya beralih pada anak gadisnya "Pulang jangan terlalu larut, jika dia bermasalah. Langsung telephone daddy" Nasihatnya. Dia belum merasa aman jika Killano bersama anak gadisnya.
"em,"
"Sampaikan juga salam mami ke ibumu ya, Killano." Kali ini, Vina meminta pada Killano.
Killano mengangguk mantap, dia berdiri dari duduknya lalu mengandeng Azura. Belum berselang tiga detik, tangannya terhempas kuat.
Arlendo memandangnya tajam, sejenak dia lupa. Pria tua ini, yang sayangnya calon mertuanya adalah orang yang posessif dan merepotkan.
***
"Jangan terlalu bangga, pemenangnya akan tetep gue." Katanya datar. Dia mencomot cake di piring Azura tanpa malu.
Azura tak menanggapi, dia justru sibuk memilah kue kue yang di depannya untuk di pindahkan ke piringnya.
"Sekali lagi, lo- gak ada apa apanya sama gue?" Salsa semakin gencar, dia seolah berusaha untuk menyemburkan bensin agar api menyala.
"I dont care" Balas Azura acuh. Dia benar benar tidak perduli tentang siapa yang lebih baik untuk siapa.
Kedatangannya disini hanya menuntaskan undangan dari ibu Killano.
Dia tidak mau, awalnya.
Tapi, Killano membujuk sekeras Azura menolak. Katanya, Agar kamuflase mereka tidak terbongkar sedikitpun.
Lagi pula kenapa harus takut tersaingi? dia tenang karena merasa menang.
Azura berbalik, mengacuhkan Salsa yang tak mau berhenti memanasi Azura.
Salsa Kesal, dia menarik lengan Azura agar kembali memutar kearahnya.
Menariknya dengan kasar, sehingga membuat sebagian kue yang sudah Azura tampung dalam piringnya terjatuh mencumbu lantai.Matanya, menatap sinis salsa. Ini bukan masalah besar, tapi gadis itu menganggu.
"Jangan songong lo jadi bocah" Salsa menunjuk Azura tepat di wajahnya.
Anura menepis, menyingkirkan jari telunjuk itu. "Lo- yang bocah." Benar, kelakuan Salsa yang selalu merecokinya. Mengatakan kalau Killano hanya memanfaatkannya, atau mengatakan Killano mencintai gadis itu.
Mengatakan omong kosong, terus terusan. Memang tujuannya apa he? menginginkan Killano bertunangan dengannya?
Jelas tidak mungkin, itu mustahil.
![](https://img.wattpad.com/cover/290664229-288-k427202.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Azura sang Figuran
FantasyGadis itu, Agnia Rahayunda -dia memiliki takdir yang terus mengobrak abrik hidupnya. Bagaimana mungkin jiwanya tersangkut di dalam Novel, lalu dia harus menelan kenyataan bahwa dirinya mengisi tubuh figuran dengan akhir -gila- karena rasa cintanya...