"MAMIIIIIII" Zylen berteriak nyaring, Agnia menutup telinga merasa pengang. Kupingnya bahkan sampai berdengung.
"Zylen Aeerasta! Kebiasaan kamu teriak teriak kamu kira ini hu- " Perempuan matang keluar dari dalam, tubuhnya di lingkari oleh apron dan tangan kanannya memegang sepatula, sudah tertebak apa yang di lakukan ibu itu sebelum melangkah ke sini.
"Azura?" Mami Zylen terkejut kecil, dia meneliti Agnia dari atas kebawah,
"Iya tan?"
"Kamu apa kabar? duh tante kangen banget" Mami Zylen langsung memeluk Agnia, pelukan penuh kerinduan.
Sebelumnya Azura memang selalu kesini. Bahkan menginap, dia selalu mengeluh kesepian di rumah besar itu. Mami Zylen sendiri, dia tak mempermasalahkan itu, dia senang merasa memiliki dua putri sekaligus.
"Baik tan"
"Azura aja kalo dateng di peluk, lah aku? coba kalo gak ada Azura, itu pasti sepatula kena kepala" Zylen mencibir,
"Mami bosen liat kamu," Mami Zylen melepaskan pelukannya, dia menimpali ucapan Zylen
Mendengar itu Zylen cemberut. Dia melangkah ke Soffa, melempar tas sembarang ke soffa lain. Lalu merebahkan diri.
"Kamu pasti lupa ya sama tante?" Agnia mengangguk, nyatanya memang begitu. Bukan lupa, tapi tidak tahu.
"Nama tante Diani, kamu biasa panggil tante Dian."
"Tante lagi masak makan siang, nanti kita makan bareng ya? Kamu sama Zylen dulu" Lagi lagi Agnia mengangguk, dia masih merasa canggung untuk berbicara.
Setelah kepergian Diani, Agnia menonton televisi bersama Zylen. Mereka bahkan masih mengenakan seragam sekolah,
"Aunty" Agnia tersentak kala tangannya di tarik pelan oleh tangan kecil.
"eh, Calvin?" Agnia memastikan, bocah laki laki ini adalah Calvin.
Mendengar Agnia menyebut nama sepupunya Zylen menengok, dia menemukan Calvin dengan mata merah, dan rambut acak acakan seperti baru bangun tidur.
Zylen bangkit, ingin mengendong Calvin yang terlihat masih mengantuk.
"Gak mau, mau sama aunty ini" Calvin menolak, justru dia merentangkan tangan pada Agnia.
Agnia tak menolak, dia menyambut tangan Calvin membawanya ke pangkuan. Calvin di hadapkan dengan berhadapan dengannya. Lalu bocah itu menyandar di dada Agnia, mendusel pelan mencari kenyamanan.
"Tumben banget" Zylen menyeletuk, biasanya Calvin enggan berdekatan dengan orang asing. Biasanya juga bocah itu ingin bersamanya, itu sebabnya Calvin sering di titipkan di sini.
"Aunty namanya siapa?" Calvin tiba tiba bertanya, dia mengadah menatap Agnia.
"Nama aunty Azura," Agnia mengusap kepala Calvin, dia menyukai anak kecil. apalagi sejenis Calvin yang terlihat imut.
"Calvin panggil Aunty ala ya?" Calvin berucap, dia kesulitan mengucapkan huruf R yang akhirnya tersamar menjadi L
Agnia mengangguk, setelah itu Diana memanggil mereka ke ruang makan, awalnya Diana ingin mengambil Calvin dari gendongan Agnia. Namun, bocah lelaki itu menolak.
"Calvin, duduk sama bibi yuk?" Diana menawar, namun lagi lagi Calvin menjawab dengan gelengan, sesekali dia menguap ngantuk.
"Gapapa tan, sama aku aja"
Dengan begitu, Agnia bersama Calvin dipangkuannya. Calvin dengan malas malasan menerima suapan dari Agnia.
Agnia bersabar, dia tetap menyuapi Calvin walau makannya terganggu."Aunty ala, udah" Calvin menggeleng, menjauhkan sendok dari wajahnya.
"Sekali lagi ya?" Agnia membujuk, dia selalu mengucapkan hal yang sama saat Calvin menolak makanannya.
"Gak mau, kenyang!" Agnia menaruh sendok itu, dia meraih segelas susu, lalu memberikan pada Calvin, dan di tegug jelas oleh laki laki itu.
Setelah itu, Calvin merengsek meminta turun. Dia berlari kecil ke ruang tengah, mencari mainan.
"Calvin jangan lari lari" Agnia memperingati, sejenak dia merasa menjadi ibu anak satu.
"Gapapa ra, Adik ipar lo" Agnia mendelik mendengarnya, matanya seolah menyampaikan perotes "Adik ipar dari mana?"
"Ah, rupanya Azura pacaran sama Killano yah? kemarin saat di pesta tante gak dateng makannya ketinggalan berita." Diana menimbrung, dia berdiri membereskan piring yang sudah kosong.
"Bahkan Zylen aja gak tau mi, jahat banget Azura pacarannya no face no case" Zylen menimpali, dia meraih Tissue lalu mengelapkan pada mulutnya.
"Eh tan, Azura bantu ya?" Agnia tak menanggapi, dia bahkan binggung ingin menjawab apa? Gadis itu memilih untuk mengambil alih pekerjaan yang tadi di kerjakan oleh Diana.
Agnia membawa piring piring itu ke wastafel, berniat untuk dicucinya. Tapi, Diana menolak, dia merasa merepotkan Agnia. Yah, jadinya Agnia berada di kamar Zylen, dia berniat mengganti baju. Diana bilang, sebagian baju dirinya ada di lemari Zylen, sesering itu Azura dulu menginap.
Berdecak saat membuka lemari, hampir semua baju isinya berwarna hijau, "Benar benar maniak hijau" Agnia membantin, dia membuka lemari lain, dan ada hoody yang bebas dari warna hijau.
Agnia menghentikan langkah, kala matanya mendapati punggung pria yang ia kenal sedang bermain dengan Calvin.
"Aunty ala" Calvin memanggil, kakinya mengayun mengarah padanya. Tanpa sengaja, mata Agnia dan Killano bertubrukan. Lalu segera Agnia memutus, ia menunduk menatap Calvin. Dapat ia dapati, Killano tersenyum geli.
"Aunty ala, ayo maen bareng abang" Calvin mengajak, tangannya menarik jemari Agnia, membawanya mendekati Killano.
Sedangkan Zylen, gadis itu tertidur pulas. Badannya meringkuk menghadap punggung Soffa.
Menatap Calvin yang sedang asik menyusun mainan lego, menyusunnya dengan acak. Tidak tahu apa yang bocah kecil itu buat.
huffff
Dengan jahil Killano meniup wajah Agnia, "lo ya" Agnia mengusap wajahnya, merasa geli.
"Lo, ngapain di sini?" Killano berbasa basi,
"Ngepet" Jawaban singkat Agnia membuat Killano terkekeh kecil, padahal tidak ada yang lucu. Namun, melihat wajah Agnia yang cemberut saat menjawab itu membuatnya tertawa.
"Jangan jutek jutek jadi cewe, jatuh cinta ke gua tau rasa lo"
"Gak akan!" Agnia langsung menyerobot, jatuh cinta? Tidak!
Baginya jatuh cinta adalah seni menyakiti diri. Saat menjadi Agniapun dirinya selalu gagal akan cinta. Entah itu di selingkuhi atau sekedar di jadikan pelampiasan untuk menyembuhkan luka lama, setelah itu di buang seolah tak ada harga.
"Kita liat nanti"
Killano seolah menantang ucapan Agnia yang tidak akan jatuh cinta padanya. Dia terlalu percaya diri untuk membuat perempuan bertekuk padanya, lagi pula banyak sekali yang selalu gagal fokus saat melihatnya, mereka menginginkan Killano.
Dengan banyak pesonanya tidak mungkin jika Agnia tidak akan jatuh cinta padanya bukan?
[Berikan Vote sebagai uang Parkir]
KAMU SEDANG MEMBACA
Azura sang Figuran
FantasyGadis itu, Agnia Rahayunda -dia memiliki takdir yang terus mengobrak abrik hidupnya. Bagaimana mungkin jiwanya tersangkut di dalam Novel, lalu dia harus menelan kenyataan bahwa dirinya mengisi tubuh figuran dengan akhir -gila- karena rasa cintanya...