[Sebelum membaca, tolong perhatikan ini. Karena sebagian Reades kebingungan bahwa Agnia dan Azura itu satu tubuh maka aku tetapin aja Nama Azura di setiap panggilan. Sebenarnya aku kurang setuju, karena kalo mau gitu mending dari awal part, tapi demi kenyamanan kalian, it's oke but harus follow and vote yaa]
"Azuranya ada om?" Killano tersenyum kikuk, dia mengusap tengkuk tanda gugup.
Didepannya kini berdiri seorang Arlendo, menatapnya dari atas sampai bawah. Tatapannya begitu dingin, tak berkawan.
"Ada, mau apa?" Arlendo menjawab, dia bahkan tidak repot untuk menawarkan Killano memasuki rumahnya.
"Mau anter Azura sekolah om" Killano berusaha mempertahankan senyumnya.
"Gak usah, Azura biar sa-
"Mas, siapa?" Suara Vina memotong pembicaraan mereka, terdengar suara ketukan langkah mendekat.
Vina sampai di ambang pintu, "Loh, ini kan?" Berusaha mengingat ingat, wajah Killano yang tidak begitu asing baginya.
"Killano tan,"
"Ohh Killano, anaknya jeng Vio ya?" Vina berseru, di balas anggukan oleh Killano.
"Mas kok gak di kasih masuk si, masuk sini Killano" Vina menarik tubuh suaminya yang menghalangi sebagian jalan. Memberi ruang untuk Killano agar bisa memasuki rumah.
"Gak usah, dia bur- "
"Mau anter Azura sekolah tan, boleh kan?" Killano menyerobot ucapan Arlendo.
Setelahnya dapat ia lihat Arlendo menatap tajam padanya. Killano menelan ludah, tiba tiba nyalinya menciut. Dia persis seperti laki laki yang gagal mendapatkan restu.
Vina menatap Arlendo yang bergeming menatap Killano. Vina tau hubungan Killano dan Azura - anaknya. Tapi, ternyata Killano yang di ceritakan oleh Arlendo adalah anak dari pengusaha termuka, dari keluarga Randjendra si singa pengusaha.
Sebagai ibu yang menginginkan anaknya mendapatkan yang terbaik, Vina merasa Killano tidak begitu buruk.
Tapi, sepertinya suaminya merasa enggan. Dia selalu mengucapkan keresahan bahwa Azura masih terlalu dini untuk di pacari. Jiwa seorang Ayahnya merasa terancam, dia belum siap merelakan Azura bersama pria lain. Apalagi Killano, Arlendo hanya takut, jika Azura dalam bahaya. Perebutan warisan adalah hal pelik, dan Killano berada di ruang itu.
Setelah itu mereka berada di ruang tamu, Killano berhadapan dengan Arlendo. Sedangkan Vina dia menyusul putrinya, memberitahu kedatangan Killano yang menunggunya.
"Jangan main main dengan putri saya Killano, tidak perduli siapa kamu. Jika menyakiti Azura akan saya habisi kamu" Ancam Arlendo, dia masih belum percaya pada pria kecil ini.
"Om tenang aja, Killano bakal jaga Azura dengan baik" Menjawab dengan tenang, ia seolah mengerti keresahan sang Arlendo.
Baginya wajar sekali seorang ayah protektif pada anak gadisnya. Apalagi Azura adalah putri satu satunya. Dan sesuai informasi yang ia dapat. Bahwa Azura sendiri mengalami Amnesia akibat kecelakaan, itu mungkin saja membuat Arlendo bersikap demikian. Jika Killano di posisi itupun dia akan melakukan hal yang sama.
Arlendo bersender, "Apa bisa di percaya he? bocah seperti mu hanya bisa bermain main"
Mendengar itu Killano tertawa kecil, dia tidak tersinggung dengan ucapan remeh Arlendo.
"Bermain main dengan perempuan tidak pernah ada dalam kamus saya om. Dari pada bermain, putri om lebih cocok si seriusin"
"Buktikan, lelaki di nilai dari prilakunya." Arlendo cukup segan pada Killano yang menghadapi intimidasinya dengan santai. Wajar saja, laki laki itu tubuh di keluarga yang bukan sembarangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Azura sang Figuran
FantasyGadis itu, Agnia Rahayunda -dia memiliki takdir yang terus mengobrak abrik hidupnya. Bagaimana mungkin jiwanya tersangkut di dalam Novel, lalu dia harus menelan kenyataan bahwa dirinya mengisi tubuh figuran dengan akhir -gila- karena rasa cintanya...