"Loh, sejak kapan lo suka bakso Zur?" Zylen bertanya heran, saat pesanan mereka datang, dan Azura di hidangkan bakso.
Setau Zylen, Azura paling anti dengan dengan daging bulat itu.
Pernah sekali memkasa Azura untuk makan bakso, namun belum habis setengah, Azura sudah memuntahkannya.
"Guaa mau nyobain aja sih Zyl," Agnia berucap, berusaha untuk tidak menujukan kegugupannya.
Sungguh, dia tidak tau bahwa Azura tidak menyukai bakso.
"Yakin, ga bakal lo muntahin lagi kan?" Zylen bertanya, matanya menyorot ragu.
"iya nga, gua telen abis deh" Zylen hanya mengangguk sebagai jawaban, lalu mereka fokus pada makanan masing masing.
Agnia kira, tadi dia akan kesulitan untuk memahami pelajaran di dunia yang berbeda ini. Namun, ternyata semua hanya ke Khawatiran dia saja. Toh, buktinya ia tidak ada kesulitan sampai jam istirahat ini.
Agnia menyuap baso, namun entah mengapa rasanya aneh. Baru setengah, tapi perutnya sudah bergejolak.
"Zyll, Toilet di mana?" Agnia bertanya, tangannya sibuk menutup mulut, sungguh ia merasa mual sekarang.
"Nah kan, hayo gua anter." Tawar Zylen.
"ga, ga tunjukin aja, cepet" Agnia tak sabar, dia tak ada waktu rasanya bakso itu sudah di ujung tenggorokan.
Agnia mengangguk, lalu berjalan dengan tergesa, setelah Zylen memberikan arah menuju toilet.
Agnia mencuci mulutnya, padahal bakso adalah makanan favorite-Nya namun sialnya tubuh Azura tidak menerima itu.
Berjalan keluar, berniat menyusul Zylen dan memesan kembali makanan untuk mengisi perutnya yang kembali kosong.
Saat di tengah jalan, seseorang mencekal tangannya. Tanpa aba aba menarik Agnia.
Agnia jelas kebingungan, ia menatap punggung lebar itu dengan asing,
"Berenti." Agnia menepis tangan itu.
Lelaki itu berbalik, menatap Azura datar. Agnia tersentak kecil, matanya itu mata yang sama saat ia tatap di koridor pagi tadi.
"Ikut gua," Lagi, dengan seenaknya laki laki itu menarik Azura.
"Berenti, budek lo" Sentakan kedua Agnia tidak berati apa apa, justru lelaki itu makin erat menggenggamnya.
Dukk
Agnia menendang betis lelaki itu, sehingga membuatnya meringis.
Enak saja, dia di bawa paksa gitu oleh seseorang yang bahkan terlihat asing di matanya.
"Mau lo apa sih?" Agnia berucap dengan jutek, Lelaki itu tetap menampakan wajah datarnya.
"Lo beneran Amnesia?" Tanyanya.
"Iya, Kenapa? lo orang yang kesekian yang nanyain itu ke gua" Sungut Agnia, dia terasa muak sebenarnya. saat memasuki kelas, bahkan sampai bertemu ini banyak sekali mulut orang yang bertanya hal yang sama.
"Lo ga inget gua?"
"Gak, lo siapa? penting di hidup gua?" Sebenarnya Agnia tidak ada niatan untuk berkata jutek, hanya saja lelaki ini menghancurkan moodnya.
Tanpa menjawab, laki laki itu pergi begitu saja.
"Ga jelas banget, untung ganteng lo" Agnia mengerutu, lalu ia berjalan berbeda arah dari laki laki itu. Ia akan menyusul Zylen yang mungkin sekarang sedang menunggunya di kantin.
***
"Zyl, itu siapa?" Agnia menunjuk, pada seseorang yang sedang bermain basket.
KAMU SEDANG MEMBACA
Azura sang Figuran
FantasíaGadis itu, Agnia Rahayunda -dia memiliki takdir yang terus mengobrak abrik hidupnya. Bagaimana mungkin jiwanya tersangkut di dalam Novel, lalu dia harus menelan kenyataan bahwa dirinya mengisi tubuh figuran dengan akhir -gila- karena rasa cintanya...