Azura terbangun, dia meneleliti sekeliling. Menghela nafas lega kala mendapati bahwa ia berada di kamarnya sendiri.
Otaknya mengingat kejadian pagi tadi, berputar cepat ditambah dengungan suara Sky yang tertawa remeh mengalun menjadi melody.
Azura meringkuk, dia bersender memojokan dirinya sampai mentok kepala ranjang.
Tidak, seharusnya tidak perlu begini, memang apa yang perlu dia khawatirkan? Killano datang tepat waktu saat itu, menyegarkan dirinya disaat layu tanpa semangat.
Dia fikir hidupnya akan berakhir, masa depannya akan berubah detik itu juga. Detik di mana Sky mencoba merobek apa yang ia jaga.
Apa yang Azura asli jaga.
Tapi sekali lagi, Killano datang. Memeluknya, merengkuhnya, menghawatirkannya.
Dan .. Dimana pria itu??
Kaki Azura merengsek turun dari ranjang, dia menatap pintu. Bayangan Sky yang menutup pintu lagi lagi hadir membuatnya mundur selangkah dan memejam mata.
Menggeleng kasar, Azura memukul kepalanya. Tidak! itu hanya halusinasi.
Clek
Pintu terbuka lebih dahulu, Kali ini Azura benar benar terkejut, wajahnya menegang dan langkahnya kembali mundur.
Vina juga terkejut, "Kamu udah bangun sayang??" Berusaha mengendalikan diri, dan akhirnya barisan kata itu yang terucap.
Azura mengangguk kaku, bingung untuk bersikap bagaimana.
"Daddy mana bun?"
"Ada urusan, ayo istirahat lagi" Vina menarik Azura ke sisi ranjang.
"Aku baru bangun"
Vina tersenyum sedih, mati matian menahan air matanya. Dia sudah menangis sepanjang hari, dia tidak ingin menangis pula di hadapan sang putri.
"Killano?"
"Killano pulang tadi sore, dia perlu istirahat"
Azura diam, dia mengerti.
"Sayang, kalau kamu ngerasa takut, jangan sungkan peluk bunda ya? jangan nutupin semua dari bunda" Tangan Vina terangkat, menyingkirkan anak rambut yang menutupi kening Azura.
"Pasti bunda" Azura mengangguk meski ragu.
***
Esoknya ...
"ANJING LO SKY!"
"BANGUN LO, GUE BUAT MATI LO!!"
"SINI LO BABI, MONYET, GUNDURWO KELUAR LO SIALAN"
Liset berusaha melepaskan diri dari dua orang yang menahannya masuk ke dalam pintu rawat inap Sky.
Berteriak kesetanan melupakan bahwa rumah sakit bukanlah hutan.
Tapi apa pedulinya?
Setelah mendapat kabar berita yang bersiuran di sekolah tentang Azura, dan kelakuan bejad pria itu. Membuat riset meradang, ubun ubunnya terasa tertarik keatas dan emosinya meletup letup.
"SKY GAK AKAN GUE BIARIN LO HIDUP TENANG"
"APA YANG LO LAKUIN HARUS DI BAYAR TUNTAS"
"ANJING LEPAS!!" Liset meronta, dia menendang betis kedua bodyguard itu bergantian.
menghentak kaki kesal Liset memilih pergi, tenang ia akan kembali untuk mengamuk lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Azura sang Figuran
FantasyGadis itu, Agnia Rahayunda -dia memiliki takdir yang terus mengobrak abrik hidupnya. Bagaimana mungkin jiwanya tersangkut di dalam Novel, lalu dia harus menelan kenyataan bahwa dirinya mengisi tubuh figuran dengan akhir -gila- karena rasa cintanya...