AsF - 17

23.5K 3.4K 172
                                        

"Sasimo banget lo, kemaren ngaku cinta sama gue sekarang jalan sama yang lain" Ucapnya menyindir

"Kemaren yang lo bilang itu bulan lalu Sky"

Killano tergelak, dia berdehem saat pria itu menatap sinis padanya.

Killano pandang pria itu memang tampan, walau ada beberapa bekas memar di bagian wajah yang hampir menghilang. Tapi, jika di bandingkan dengannya jelas ia lebih unggul. Ah, Azura pasti akan memilihnya, iyakan?

"Lo tetep sasimo, untung gue gak nerima lo dulu" Sky seolah merasa kesal akan kedekatan dua orang ini, merasa benar bahwa Azura memang murahan.

"Bukan urusan gue lagi," Azura menjawab, dia melangkah pergi. Diikuti Killano di belakangnya, dengan kecemerlangannya Killano jadi tahu, bahwa laki laki itu pernah dekat dengan Azura.

Sebelum itu, Killano menepuk bahu Sky "Yang sasimo itu bapak lo, noh" Tunjuknya pada satu meja yang berisi bapak tua dangan rambut yang hampir semuanya memutih, lalu ada masing masing wanita di samping kanan dan kirinya yang memakai baju minim, sesekali salah satu dan secara bergantian wanita di sana tersenyum malu lalu menyender pada bahu pria tua itu.

Killano tidak tahu siapa mereka, dia hanya asal bicara.

***

Berita kebangkrutan perusahaan keluarga Ghibran menjadi santapan hangat di hari ini, media masa meliputnya di mana mana. Bahkan Kebangkrutan itu sudah di dengar setiap telinga.

"Lo jangan gila, ini pasti karena lo" Kansa, dia menghalang jalan si antagonis ini.

"Awas, gue gak ada urusan sama lo" Liset berkata dengan datar, masih pagi padahal tapi perempuan ini justru ingin memicu emosinya.

"Perusahaan ayah Ghibran bangkut karena lo" Ucapnya, berbicara dengan kencang mencuri perhatian orang orang. Dia seolah menunjukan kasus jahat yang lagi lagi di perbuat oleh antagonis ini.

"Lepas jangan pegang gue" Liset menampik kasar lengan Kansa yang berusaha menahannya agar tidak pergi.

"Lo gak bisa gitu, gue tau Ghibran suka sama gue dan jijik sama lo. Tapi lo gak bisa buat keluarga dia bangkrut"

Liset mengangkat alis kirinya, lalu tawanya menyembur. Dia merasa lucu saat mulut busuk itu berucap dengan percaya diri.

"Hahaha, Kansa, Kansa, jangan naif" Liset mendatarkan kembali suaranya.

"itu konsokuensi yang dia dapet karena menginjak harga diri gue sampe gak bernilai lagi"

"Tapi itu buah yang lo tuai" Kansa menjawab, perkataannya benar. Semua orang yang masih melihat perdebatan itupun menyetujui.

Liset mengangkat bibir "Ya, lo benar" Setelah mengatakan itu, Liset ingin meninggalkan percakapan yang tiada guna itu, namun lagi lagi Kansa menghadang. Rasanya, Liset ingi  menendang wajah itu.

"Lo harus balikin perusahaan keluarga Ghibran kesemula" Titahnya, well? sejak kapan tikus ini begitu berani padanya? bukannya kemarin Ghibran bilang bahwa dirinya hampir membunuh Kansa dengan menguncinya di gudang?

Jadi ini keadaan perempuan yang takut gelap? begitu berani walau bulu bulunya mengkerut takut.

"Gampang, lo tinggal ganti aja dana yang gue tarik"

"Kenapa? gak mampu? sama miskinnya kaya Ghibran?"

"Jangan sok keras makannya" Liset mendorong Kansa, perempuan itu membentur pada dingding koridor. Tak perduli akan ringisan dari bibir itu, toh tak lama dari itu dapat Liset dengar langkah kaki seolah merubungi si Kansa.

Azura sang FiguranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang