Chapter 05

831 156 2
                                    

Pada penghujung hari yang basah itu, aku hampir melepaskan sepatuku, melemparkannya kepada Hoseok yang tersenyum jahil saat kelas sudah berakhir dan tergoda sekali untuk menjerit bar-bar seperti orang sinting. Si Jung tersebut sudah melarikan diri. Pergi begitu saja sambil membawa payung dan kemungkinan besar sudah melakukan tindak kriminal dengan menerima sogokan tak terpuji dari Kim Taehyung. Aku tahu mereka tadi sempat berbisik-bisik entah apa dan kemudian Hoseok menatapku kasihan, Taehyung berbisik lagi, lalu wajah si Kriminal berubah cerah dan mengangguk semangat.

Entah, barangkali ia menerima setumpuk uang atau tiket bioskop agar ia bisa menonton film bersama gadis incarannya, aku tidak tahu, yang aku tahu hanyalah fakta bahwa Hoseok berusaha keras mendapatkan tiket film yang kemarin sudah habis terjual. Namun, satu hal yang jelas untuk saat ini, fisik serta batinku hanya sanggup terdiam di depan gedung fakultas, menatap hujan, dan merana. Saking merananya, aku bahkan bisa menjadi lebih kesal hanya dengan membayangkan Hoseok yang tadi berlari menuju areal parkir dengan sebuah payung sialan berwarna merah terang mencolok. Padahal aku hanya ingin menumpang sampai halte di depan untuk melihat apa aku bisa mendapatkan bus agar bisa kembali ke rumah.

Menarik napas dan hendak memasukkan ponsel kembali ke dalam tas, irisku sedikit melebar penuh harap saat sebuah pesan melesak masuk. Akhirnya! Aku nyaris bersorak. Jungkook akhirnya membalas pesan sialanku juga. Namun, kegembiraan sesaat tersebut mendadak lenyap saat kubaca isinya:

Jungkook

Aku akan menjemputmu sebentar lagi. Tugas kelompoknya belum selesai. Kau ada di mana?

Kedua mataku mendadak menatap pesannya dengan curiga. Aku tidak tahu kalau dia sedang mengerjakan sesuatu. Tidak yakin pula. Jungkook gemar berbohong, jangan salah kira. Meski aktingnya payah bukan main kalau disaksikan secara langsung, tetapi kalau melalui pesan, aku yakin dia bisa merayu seseorang untuk menjual mobil layaknya kasus penipuan yang marak terjadi belakangan ini.

Jadi, menaikkan satu alis, mundur ke belakang agar air hujan tak memercik mengenai tubuh, aku membalas, 'Aku ada di depan gedung fakultas. Kau sendiri ada di mana? Jangan bilang sedang bermesraan dengan Minhee' — yang kemungkinan besar memang iya. Terdiam tak puas menatap balasanku, aku lantas mengetik lanjutan pesan dengan bibir mengerucut, 'Kirimkan fotomu sebagai bukti.'

Jungkook

Ya ampun. Kau ini kekasihku atau apa?

Aku mencebik. Sebelum sempat dibalas, satu pesan lagi masuk dan kali ini lengkap diikuti sebuah foto.

Jungkook

Lihat?

Oh, well. Mendecakkan lidah dan gemas ingin mengatakan kalau foto selca semacam itu takkan membuatku percaya 100%, tapi toh akhirnya aku hanya menghela napas berat. Itu jelas bukan foto yang kuinginkan, tapi ya sudahlah. Tenagaku habis. Lelah. Tak ada lagi sisa energi kalau hanya untuk dibuang percuma.

Menatap wajahnya yang terlihat bodoh di dalam jepretan kamera tapi sukses membuat jantungku berhenti berdegup sekilas, aku mendengkus pelan. Pasti karena cuaca. Iya, pasti karena kedinginan, lapar, emosi, juga kabar kalau Jungkook berkencan kembali dengan Minhee. Tidak. Jangan cemas. Aku takkan bisa lupa tentang yang satu itu. Darahku sudah mendidih sejak tadi, sekarang pasti sudah mengering habis. Kumasukkan ponsel ke dalam kantung tas dan kembali menggigil.

Jungkook akan selesai dalam berapa menit lagi? Masih lama?

Aku sudah mau menjadi balok es batu di sini.

Namun, tatkala hendak berpikir kalau menerobos hujan bukan ide yang buruk untuk sekarang—daripada berubah menjadi manekin sialan di sini—dan menunggu di halte sana lalu menelepon taksi, perutku seketika terasa jungkir balik saat menemukan Taehyung tahu-tahu berdiri di sisiku, menatap langit yang tampaknya akan terus mengguyur air tanpa ampun dan dia berkata, "Aku bisa menghangatkanmu kalau kau mau."

The IssuesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang