Pernah melihat lobak putih yang baru saja dicuci bersih? Kalau Namjoon diperbolehkan membuat majas hiperbola ala-ala dirinya sendiri, maka menurutnya wajah Taehyung sekarang hampir terlihat seperti itu. Pucat, tak menarik, mengantuk. Well, meski itu tetap tidak membuat si Jenius mengurungkan niat guna menyeret sepupunya datang ke perpustakaan kota yang lama.
Memasuki tempat tua yang berdiri kokoh dengan deretan rak buku-buku tua tersebut, Taehyung dalam diam mulai berpikir kenapa mereka tidak menutup tempat ini saja. Letaknya tak strategis, pantas koleksi buku yang paling baru sudah dipindahkan ke gedung baru yang berdiri tegap di pusat kota—ia pernah datang kesana sekali untuk mencari sambungan internet gratis dan tempatnya jelas berbeda sekali dengan yang di sini.
Meja-meja di aula tengah berderet lenggang, lantai dua terlihat seperti balkon rumah hantu, cahaya matahari sedikit banyak berhasil merangsek masuk melalui jendela kaca patri yang mengingatkan Taehyung pada lukisan abad renaisans. Ini masih pukul sebelas siang, tetapi rasanya berada di dalam sini seperti terjebak dalam dimensi baru di mana waktu tak berjalan dengan benar. Bahkan meski Taehyung tak membenci aroma buku, tetapi kalau menghirup bau yang sepekat ini, kepalanya jadi agak terasa pusing.
Dengan perlahan menarik napas dan memasukkan kedua tangan ke dalam saku jaket tak nyaman, ia lantas mengekori Namjoon yang mengisi buku kehadiran pengunjung dan berbincang meminta keterangan dari pustakawan setengah baya yang berada di balik meja depan. Taehyung sudah menyerah menolak. Ia bahkan diam saja saat Namjoon berujar, "Ayo," katanya. Pemuda tersebut memalingkan wajah, mendengar sepupunya melanjutkan, "Jangan melamun saja. Wajahmu sudah berantakan, jangan dibuat jadi semakin tak karuan."
Mendengkus pelan, si Kim mencibir. Ia kemudian mulai melangkahkan kaki, menemukan satu dua pengunjung lain yang berada di deret-deret rak buku—tengah kalap membaca seolah tak ada hari esok. Taehyung iri. Seandainya ia punya ketertarikan sebanyak itu pada benda mati. Namun, satu-satunya hal yang membuat dirinya tak bisa terlelap dan terus dirongrong rasa takut adalah kejadian tempo hari.
Juga gadis itu.
"Pantas saja tak banyak yang datang. Di sini suram sekali."
Namjoon tertawa setengah hati. "Tak bisa mengelak untuk yang satu itu. Sayangnya, buku referensi yang kuperlukan hanya bisa ditemukan di sini," katanya, mendongak. Ia lantas mengecek secarik kertas di tangan dan menarik ujung baju Taehyung paksa. "Kemari, bantu aku menemukan semua judul buku yang sudah kutulis. Pustakawan berkata kalau mereka setidaknya ada di bagian deret rak buku yang ini. Aku akan mencari sisanya, jadi kita bisa segera pergi."
Taehyung menerima sodoran kertas yang Namjoon berikan, memastikan curiga, "Tapi tetap janji membelikanku makan siang dan makan malam, ya?"
"Kalau kuminta membantuku saja maunya mendapatkan balasan. Giliran diminta menggoda Jian, kau bergerak seperti sapi yang diberi rumput hijau segar." Namjoon memiringkan kepala, terdiam menanti balasan. Namun, alih-alih mendengar kalimat menyebalkan seperti, 'Tentu saja, menggoda gadis cantik lebih terasa menyenangkan daripada mencari buku tua' meluncur keluar dari bibir Taehyung, Namjoon malah menemukan pemuda di hadapannya menyegel mulut dengan rapat. "Kenapa diam? Sedang bertengkar dengan gadis itu?"
"Tidak," sahutnya dalam hitungan detik.
"Kau pandai berbohong, Tae. Tapi aku tetap tahu saat kau sedang melakukannya."
"Kak Namjoon ini bicara apa, sih?" Taehyung tertawa paksa, mengusap belakang kepala tak fokus dan mengibaskan tangan saat berkata letih, "Biar kucarikan bukumu dulu. Perutku sudah lapar."
Ah, pemuda ini.
Namjoon mendadak menghela napas tatkala lawan bicaranya sudah memutar langkah dan menolak untuk mendengar lebih banyak lagi. Pemuda itu hanya buru-buru melangkahkan kaki menjauh, menyusuri deret rak buku tanpa menoleh ke belakang lagi di mana sepupunya tersebut tengah menatapnya keheranan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Issues
FanfictionJika dilihat sekilas saja, tak ada yang mengira bahwa ada yang salah dengan Jeon Jungkook serta Jeon Jian. Kedua bersaudara tersebut terlihat sebagaimana wajarnya seorang kakak dan adik perempuan. Namun apabila diperhatikan sedikit lebih cermat, kau...