Chapter 20

566 96 10
                                    

Rasanya seperti separuh hidup dan separuh mati. Tidak terasa benar. Tidak pula terasa salah.

Menahan napas, menatap sepatunya dan kembali mendongak, Taehyung benar-benar yakin kalau ia tidak pernah merasa sekalut itu sebelumnya. Kondisi serta keadaan juga tidak membantu, suasananya kelabu. Awan kelabu berderak mendekat dari kejauhan, petrikor samar-samar tercium menyusul sesudahnya. Padahal yang dilakukan pemuda itu sekarang hanya berdiri tegak seraya menenteng sekantung buah segar, menatap punggung seorang gadis yang tengah menekan bel rumah seseorang dan sesekali menoleh padanya untuk melempar senyum manis.

Jika semua memori buruknya selama beberapa pekan ke belakang bisa terhapus, jika memori mengerikan atas fakta yang ia saksikan bisa terkelupas, Taehyung yakin hatinya akan berdebar layaknya remaja tanggung yang sedang kasmaran. Apalagi saat menyaksikan bagaimana Jeon Jian mengulum kurva manis di bibir—untuk dirinya.

Sayang sekali, tidak. Badai dalam pusat jiwanya bahkan terasa semakin menggila saja.

Tatkala hendak mengatakan sesuatu atas ketidakmengertiannya tentang mengapa ia diseret pergi kemari, Taehyung terpaksa bungkam sedetik kemudian. Pintu rumah yang mereka hadapi lantas terayun terbuka, menampilkan seraut wajah wanita paruh baya; kebingungan, menatap kedua anak muda di hadapannya dengan tatapan bertanya-tanya tatkala berkata, "Ya?"

Jian merasakan rasa mual di perutnya bergejolak. Ia lantas membungkukkan badan diikuti Taehyung, memberikan salam sebelum melanjutkan, "Halo, Bibi Nam. Maaf mengganggu Bibi secara tiba-tiba," balas gadis itu cekatan. Ekspresinya berubah ramah, manis dan lugu. Taehyung nyaris meloloskan dengus tak percaya saat mendengar Jian sesaat kemudian, "Sebelumnya, perkenalkan. Nama saya Jeon Jian dan ini Kim Taehyung," ia menjeda sejenak, melirik Taehyung dan pemuda tersebut melemparkan senyum tipis. "Kami datang kemari untuk melihat bagaimana keadaan Kak Minhee. Ada beberapa kabar kurang baik yang sedang beredar. Semua orang mencemaskannya, takut kalau terjadi apa-apa."

Taehyung mendadak bisa merasakan kerongkongannya seolah tercekik. Beberapa jam yang lalu tatkala Jian melepaskan ikatannya, berkata di pagi buta dengan begitu hangat, "Antarkan aku ke suatu tempat." — pemuda itu sama sekali tidak menduga kalau ia akan pergi ke rumah Minhee.

Sudah berapa lama sejak malam itu berlalu? Bayangan percikan merah serta aroma anyir di dalam kamar sama sekali belum melebur dalam kepalanya. Fakta bahwa Jian juga menyekapnya selama beberapa jam semalam pun tidak memperbaiki keadaan. Taehyung mendengar selentingan kabar di sana-sini, berkata Minhee tengah berada di titik krusial karena berpisah dengan Jungkook. Taehyung jelas mengerti bahwa itu tak benar.

Kenapa? Kenapa sekarang dadanya berdetak aneh? Ini jelas bukan rasa takut. Taehyung pernah merasa digulung teror sebelumnya, jadi sesuatu yang bergejolak dalam dada tidak terasa sedemikian rupa. Ini bukan rasa ngeri akibat merasa tertekan dan terancam. Taehyung malah merasa ..., tertantang?

Kenapa ia merasa begitu? Kenapa ia seolah tengah mendamba, menginginkan ..., lebih banyak lagi?

Pada sudut lain di sana, Nyonya Nam di hadapan keduanya semerta-merta menatap mengerti. Kebingungan yang sempat terpatri di wajah mendadak lenyap, tergantikan ekspresi menyesal karena suatu hal. Jian tidak menyalahkannya—ia sepenuhnya paham. Termasuk hela napas berat yang didengar sesaat setelahnya, dilanjutkan dengan balasan sayu, "Sebelumnya terima kasih untuk kedatangan kalian berdua."

Taehyung melirik Jian, menahan napas diam-diam, menunggu dalam hening. Tapi?

"Tetapi Bibi yakin sekali kalau Minhee tidak akan menemui siapa-siapa. Sejak hari itu, pintu kamarnya selalu tertutup. Tak ada yang tahu apa yang sebenarnya terjadi. Minhee bahkan tidak berbicara pada Bibi dengan jelas. Semua teman-temannya mencoba datang berkunjung, tetapi tetap tak ada yang bisa bertemu. Mereka ditolak tanpa terkecuali." Wanita tersebut membuang napas, tersenyum kecut. "Bibi benar-benar berterima kasih, tetapi Bibi rasa kedatangan kalian berdua di sini juga tidak akan mengubah apa-apa."

The IssuesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang