Chapter 10

721 125 2
                                    

Detik-detik seperti inilah yang membuatku menjadi berhasrat sekali untuk mencungkil otak Jungkook dan menggantinya dengan yang baru.

Aku yakin kalau hampir semua orang sudah tahu betapa liarnya Han Eunwoo, pemuda yang berasal dari jurusan konstruksi; tipikal teman yang akan mendapatkan begitu banyak perhatian dalam pesta yang diselenggarakan, tetapi hanya sedikit yang mau benar-benar bergaul dengannya sebab ia terlalu banyak menarik masalah dan bisa bertindak kelewat liar. Apalagi pemuda tersebut juga hanya tahu bagaimana cara menyelenggarakan pesta yang bisa menghabisi nyawa seseorang daripada menuntaskan studinya dengan benar. Jadi, demi setan, iblis atau apa pun yang ada di sini, aku sama sekali tidak mengerti kenapa Jeon Jungkook mau datang ke pestanya? Dia dan Eunwoo bahkan tak mengenal sedekat itu.

Taehyung sudah melirikku sebanyak lebih dari sepuluh kali di sepanjang perjalanan. Kami terjebak macet, cemas dan masam. Ia tidak mengatakan apa-apa tetapi aku tahu ia benci dengan ideku pergi menyongsong keberadaan Jungkook. Aku tak bisa meninggalkannya begitu saja. Aku bahkan tidak mengerti kenapa kakakku bisa berkeliaran saat tubuhnya masih didera sakit begitu. Mungkinkah, Minhee yang membawanya pergi ke sana? Mama bilang beliau akan menghubungi gadis itu untuk merawat Jungkook. Jadi, kalau sampai iya dan gadis itu memang membawa kakakku—aku mengepalkan tangan, tersenyum getir, awas saja.

Mobil Taehyung kemudian terdengar menderu samar sebelum terhenti, diparkir di sisi jalan bersama puluhan kendaraan lain. Pandanganku terarah dan menangkap pendaran cahaya sinting yang berasal dari sebuah rumah di seberang sana sementara senja sudah terlewati dan langit bahkan sudah dihiasi gemerlap bintang. Rumah lantai dua tersebut mirip sekali seperti bola lampu diskotik, dipenuhi warna dan pekikan semua orang.

Jadi, mengingat itu semua dan memahami bahwa pesta yang dimulai sebelum matahari terbenam memang tidak akan pernah berakhir dengan baik, aku hampir membanting pintu rumah saat masuk ke dalam rumah Eunwoo; disambut hingar bingar pesta serta ceceran soju membasahi seluruh permukaan lantai sementara Taehyung terdengar mendesah, mengejar dan berkata, "Jian, tunggu dulu!"

Tidak bisa.

Tubuhku buru-buru bergerak lebih gesit, memecah kerumunan manusia, menyenggol banyak bahu dan mendengar umpatan kecil dilesatkan. Taehyung berusaha menggapai lenganku, tetapi ia kehilangan cekalan di tengah jalan. Beberapa gadis berkerumun, memekik senang lalu Taehyung mendesah pelan sebab tak bisa kabur sementara aku merotasikan bola mata dan pergi mencari Jungkook lagi.

Aroma alkohol menyeruak, dadaku berdegup seolah mencoba mengalahkan dentum musik yang disetel keras-keras. Namun, tidak sama seperti video yang Taehyung dapatkan dari salah satu senior yang juga sedang berada di sini, aku tidak menemukan Jungkook berada di sofa. Tunggu dulu. Dia berada di mana? Jungkook sudah pergi? Tidak. Tidak mungkin. Kalau dia sudah sampai teler begitu, tidak mungkin si pembuat onar tersebut bisa kembali pulang begitu saja—well, kecuali kalau ada yang sudi meninggalkan pesta dan mengantarkannya yang mana itu punya presentase kecil sekali.

Namun, sebelum aku sempat menghambur ke sudut lain guna mencari Jungkook, sebuah jemari mendadak menggapai lengan, membuatku memalingkan wajah cepat dan menemukan seraut wajah menatap heran tatkala berkata, "Lho, benar-benar Jian, ya?"

Oh, Tuhan. Syukurlah.

"Jimin?"

"Hai, Sayang," sapanya terheran-heran. Aku memandangi pemuda bersurai blonde yang terlihat kebingungan tersebut, barangkali mulai menduga-duga kenapa Jeon Jian yang sebelumnya tak pernah datang ke pesta semacam ini mendadak menampakkan diri. Aku ingin tahu kalau teman-teman Jungkook yang lain ada di sini juga. Namun, dalam satu sisi lain, Jimin juga sontak bungkam, isi kepalanya terlihat seolah sedang setengah melayang saat Taehyung mendadak menyembul datang dan tatapannya berubah melunak, "Oh, ternyata ada Taehyung. Pantas saja. Tidak terkejut kalau begitu. Kukira bakal ada bencana alam macam apa sampai kau datang muncul ke pesta rongsok begini."

The IssuesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang