2. Nasi Padang Tanpa Rendang

3.7K 223 30
                                    

Happy reading! Jangan lupa vote dulu sebelum baca ya?🤗

FOLLOW ME ON INSTAGRAM : @asyiahmuzakir
& WATTPAD : nurasyiaaaaahh

ATTENTION! SEBAIK-BAIK BACAAN HANYALAH AL-QUR'AN! MARI TETAP MENGUTAMAKAN MEMBACA AL-QUR'AN.

____

Allahumma shalli ‘ala sayyidina Muhammad wa’ala ali sayyidina Muhammad.

°

“Keberanian seseorang sesuai dengan kadar penolakannya terhadap perbuatan jahat." - Ali bin Abi Thalib.

°

Author sedih, banyak yang baca tapi lupa untuk VOTE & KOMENTAR. Pedahal ceritanya gratis lho!🥺

____

“Za, kayaknya enak ya kalau siang-siang begini makan nasi Padang? Belikan saya nasi Padang di Rumah makan Uda Uni ya, satu bungkus, pakai bumbu rendang aja,” titah Adnan pada Eliza yang sedang berjalan di sampingnya.

Mereka berdua baru saja selesai meeting dengan Owner PT. Gautama Raya yang telah bekerja sama selama bertahun-tahun dengan Alfarez Group.

“Yakin cuma pakai bumbu rendang, Pak? Kurang mantap tuh,” celetuk Eliza yang langsung mendapat lirikan tak suka dari Adnan.

“Terserah saya lah, yang mau makan nasi Padang itu kan saya, bukan kamu!” kata Adnan sewot.

“Sabar, Pak. Sabar, marah-marah mulu, entar cepat ubanan lho,” dumel Eliza yang masih kedengaran sampai ke telinga Adnan.

“Za, kamu menyumpahi saya cepat ubanan?” Eliza langsung panik, lalu dengan polosnya ia tersenyum sampai menampakkan barisan gigi putihnya yang rapi, sejujurnya senyumnya malah terlihat aneh.

“Ya maaf, habisnya Pak Adnan marah-marah terus sih,” cicitnya dengan suara pelan.

“Enggak tahu kenapa Za, kalau ngomong sama kamu tuh, bawaannya selalu kesal, kayak lagi di ring tinju,” ujar Adnan setengah bercanda.

Namun Eliza menganggap candaan garing yang dilontarkan Bos tampannya itu serius. “Mungkin karena Pak Adnan nggak suka sama saya,” spekulasinya.

“Eh, kata siapa saya enggak suka sama kamu? Saya suka kok, buktinya sampai sekarang kamu masih jadi sekretaris saya,” sela Adnan sambil berlalu meninggalkan Eliza yang masih mencerna apa yang tadi dikatakannya.

“Pak Adnan tunggu, Pak!” seru Eliza seraya mempercepat langkahnya menyusul Adnan yang berjalan cepat di depannya.

“Pak Adnan beneran suka sama saya?” tanya Eliza polos saat dirinya dan Adnan memasuki lift.

Ingin rasanya Adnan menoyor dahi Eliza, saking gemasnya ia dengan sekretarisnya itu. Namun ia masih tahu batasan, sebab ia dan Eliza bukan mahram yang artinya tidak boleh bersentuhan fisik.

“Pak, kok diam aja? Jawab dong pertanyaan saya,” tuntut Eliza yang tak dihiraukan oleh Adnan. Pria itu memilih diam sambil menatap pintu lift yang sebentar lagi akan terbuka.

Berikutnya Adnan mengeluarkan black card dan kunci mobil Alphard-nya dari dompet lalu menyerahkan dua benda penting itu ke tangan Eliza.

“Ini kartunya, ini kunci mobilnya, cepat kamu cari apa yang saya minta tadi.”

RESIGN [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang