38. Take Care of Her

826 44 6
                                    

Syafakallah buat bapak Zainal bin Kusen, semoga Allah angkat penyakitnya dan Allah ampuni dosanya.🤲🏻

Allahumma sholli 'ala sayyidina Muhammad wa 'ala alihi wa shohbihi ajma'in.🦋

Back to the story

⬇️

Perut kram, itulah kenapa setelah sholat subuh sampai matahari mulai terik Eliza masih bergelung di bawah selimut tebalnya. Hamil muda tanpa dampingan suami ternyata sulit juga, biasanya pagi-pagi sudah ada Adnan yang menyiapkan teh hangat dan membuatkan sarapan sesuai keinginannya, tapi sekarang ia dan suaminya itu sedang LDR-an, otomatis dia harus balik mandiri.

Eliza pikir dia bisa mengatasi janinnya tanpa campur tangan Adnan. Tapi sekarang untuk bangun dari kasur saja Eliza enggan, beberapa kali ia mendengar suara ibunya memanggil dari dapur, ia hanya menyahuti tanpa mendatanginya. Semalam Eliza telah memberitahu kedua orang tuanya soal kehamilannya, tapi ia juga meminta untuk tidak mengabarkannya ke anggota keluarga lain dalam waktu dekat.

Eliza memakai selimut yang biasa membungkus tubuh Adnan, parfum beraroma woody dan citrus khas suaminya masih tertinggal di sana, seketika perasaannya jadi lebih tenang, tapi tidak lama setelahnya dia malah menangis merindukan sang suami. Mood ibu hamil memang selabil itu.

Masih dengan tangisan galaunya, Eliza meraih ponsel di nakas meja lalu mengecek panggilan dari Adnan, ia kecewa karena suaminya itu tak berinisiatif menelponnya, hanya beberapa chat dari semalam yang menyuruhnya untuk memeriksakan kehamilan ke dokter.

Suamiku🦋

Za, jangan lupa periksa ke dokter kandungan, aku nggak mau bayiku kenapa-napa.

Kamu jangan egois, berkali-kali aku bilang periksakan kandungan kamu.

Jangan lupa konsumsi suplemen kehamilan sama tablet tambah darah, ingat HB kamu rendah.

Don't be selfish.

"Nggak ada manis-manisnya nih orang, mau jadi istrinya atau sekretarisnya, sama aja perlakuannya." Dengan malas Eliza turun dari kasur, mencepol asal rambutnya lalu keluar kamar menemui sang ibu di dapur.

"Adnan jadi pulang hari ini?" Pertanyaan itu keluar dari Maimunah yang sedang menghangatkan lauk pauk untuk Eliza sarapan.

"Nggak tahu tuh, Mak," jawab sang anak cuek.

"Aneh kamu ini, ya tanyain suami kamu itu, telfon, jadi pulang nggak hari ini, gitu lho."

"Males, Mak, dia sibuk terus."

"Za, Za, namanya punya perusahaan ya pasti sibuk toh. Kamu istrinya harus memaklumi dan inisiatif sendiri, tanyain dia, cepetan."

"Nanti aja lah Mak, aku udah ditungguin Jihan sama Yunita, mau bahas kerjaan sambil jajan di Cafe."

"Hm, jangan minum kopi ya, ingat kamu lagi hamil, kopi nggak baik buat kesehatan bumil."

"Iya emakku sayang," jawab Eliza sambil membawa semangkuk sup iga buatan sang ibu ke meja makan dan menyeruputnya dengan semangat.

Semenjak hamil ia jadi peaky eater, selain itu ia jarang sarapan dengan karbo di pagi hari dengan alasan mual.

"Gimana? Enak kan sup iga buatan emak?"

"Nggak usah ditanya, sedep banget! Kapan-kapan ajarin Iza bikin ini ya, Mak."

"Insyaallah, nanti Mak ajarin kalau anakmu udah lahir."

Eliza tersenyum saat sang ibu mendekatinya dan mengelus lembut perutnya yang mulai kelihatan buncit.

"Sehat-sehat ya cucu Nini," ujar sang ibu yang membuat mata Eliza berkaca-kaca. Perasaan haru menyelimutinya, sebentar lagi ia akan menimang bayi.

RESIGN [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang