19. Aneka Rasa

1.4K 97 4
                                    

Barangsiapa yang yang mau mengambil pelajaran, maka dia akan terbuka pandangannya. Barangsiapa yang telah terbuka pandangannya, maka dia akan memahami. Dan barangsiapa yang telah memahami, maka dia akan mengetahui.

Ali bin Abi Thalib

-_-_-_-

Allahumma shalli ala sayyidina Muhammad wa ala ali sayyidina Muhammad.

🤍

Kali ini author nggak berharap banyak, sedih author kemarin yang komentar sedikit. Hehe, maaf ya author bawel.

Bismillah... Enjoy!

🦋

"Kasihan ya, Pak bos, pabrik teh yang jadi titik awal kesuksesannya mengembangkan Alfareza Group hangus terbakar. Yah, walaupun pabrik itu nggak ada apa-apanya kalau dibandingkan sama pabrik-pabrik industri di sektor lainnya yang sekarang sukses besar." Yunita, ketua divisi marketing yang gemar memakai hijab merah, katanya supaya lebih berwibawa.

Padahal pembawaannya sudah sangar, apalagi jika sudah bicara dengan aksen bataknya yang kental, yang ingin melawannya kena mental duluan.

"Gue lebih kasihan sama Eliza cuk, gue kalo jadi dia udah prustasi ngadepin si Bos yang sekarang makin gila kerja. Makan siang aja dia cuma nyeduh pop mie di pantry." Kini giliran Zaid yang berkomentar. Ketua tim finance yang sering terang-terangan menyatakan kekagumannya pada sosok Eliza.

"Gila ya, apa nggak naik asam lambungnya," sahut Jihan nimbrung. Jihan ini seorang designer packaging yang selalu up to date soal kabar apa pun di perusahaan, alias tukang kepo.

"Iya ya, kalau aku jadi Eliza, aku kayaknya udah milih buat resign aja deh, work life balance itu penting nggak sih," timpal Yunita ikutan prihatin.

"Eh, tapi jangan salah, jadi sekretaris Pak Bos gajinya gede lho, inventarisnya bukan main. Noh, Eliza apartemennya, beuh! Mewah! Gue lewat gedungnya aja udah berasa mimpi bisa tinggal di sono," sela Jihan dengan suara cemprengnya yang membelah cakrawala.

"Tapi lembur mulu tuh, mana bisa dia nikmatin tinggal di apartemen yang katanya mewah itu, kata security di sini, kadang subuh baru pulang, kan kasihan calon istri gue, kerjanya macam romusha, apa gue nikahin aja ya?" cerocos Zaid berujung halu.

Jihan memukul bahu Zaid dengan map ditangannya,"Buset, si Bos tega bener ya," katanya dengan suara yang sengaja ia naikkan. Sebal juga melihat gebetannya naksir cewek lain.

"Perfeksionis kali emang Pak Bos itu," ujar Yunita.

Mengabaikan pukulan Jihan yang tak seberapa, Zaid menolak spekulasi Yunita, "Kayaknya lo salah persepsi deh, bukan perfeksionis tapi lebih ke workaholic kata gue mah."

"Ya boleh-boleh aja sih, tapi meskipun dia gila kerja dia nggak pernah tinggal sholat wajib dan sunah lho, patut dicontoh sama kita-kita, terutama kau Zaid, jangan di Kantor aja kau sholat, di rumah ndak!" sindir Yunita dengan logat batak yang menohok Zaid.

Dengan muka masam Zaid membela diri, "Sok tahu lo, orang sholat itu nggak usah diumbar-umbar, karena itu kewajiban. Masa gue mau sholat harus laporan dulu sama lo, emang lo siapa? Malaikat Roqib?"

RESIGN [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang