22. Tumbuh Dengan Cinta

1.3K 76 1
                                    

"Bukan Allah tak tahu betapa sepinya hatimu, Allah juga tahu kau mampu untuk bertahan dalam ketaatan hingga datang seorang manusia membawamu terbang ke pulau kebahagiaan."

____

Udah sampai mana tadarusnya?
Utamakan baca Al-Qur'an ya‼️

____

Allahumma shalli ala sayyidina Muhammad wa ala alihi sayyidina Muhammad.🤍

Subhanallah wabihamdihi subhanallah hil adzim 3× 🤲🏻

-_-

"Omah penasaran deh, awal pertemuan kamu sama Adnan itu bagaimana sih? Coba ceritain."

Oke, topik pembahasan sudah mulai membuat Eliza gugup, padahal baru saja obrolan mereka dimulai.

Sambil menata ekspresinya, Eliza merubah posisi duduknya senyaman mungkin. "Begini Omah, saya bertemu Pak Adnan, maaf, maksudnya Mas Adnan...," jujur canggung sekali menyebut nama Adnan dengan embel-embel 'Mas'.

"Ekhem ... kita pertama kali ketemu di Cafe tempat saya bekerja dulu, di mana saat itu saya diperlakukan tidak adil oleh Manajer Cafe dan Mas Adnan maju untuk membela saya. Beberapa hari setelah kejadian itu saya dipecat...."

Astaghfirullah, sungguh menyesakkan rasanya mengingat kembali masa-masa itu.

Flashback :

"Liza, maaf, kamu dipecat, dari awal, perempuan kayak kamu itu nggak pantas buat jadi waitersnya Butterfly Cafe. Liat penampilan kamu yang kudet dan kelakuan kamu yang sok suci itu. Ck, kamu nggak worth it buat kerja di mana pun, bahkan sebagai pembantu pun kamu kurang worth it." Cemoohan itu langsung membekas dalam ingatan Eliza. Sakit dan malu sekali rasanya dicap seperti itu di hadapan pengunjung Cafe yang tak sedikit.

Kalau bisa ia ingin membela diri, tapi apa daya, selanjutnya ia malah dilempari beberapa lembar uang merah. Apa harga dirinya serendah itu? Pikirnya buru-buru pergi sebelum dipermalukan lebih parah lagi.

Waktu itu Eliza tak sanggup untuk menampilkan wajahnya di depan orang-orang. Ia terus menunduk sambil berjalan cepat keluar dari Cafe yang banyak menoreh kenangan pahit di hatinya itu.

Bruk.

Seorang pria dengan jas merah meringis pelan saat bahunya ditabrak oleh kepala seseorang yang tak memerhatikan jalan.

"Astaghfirullah, maaf, maaf, om. Saya nggak se...."

"Kamu yang waktu itu disiram kopi panas, kan?"

Hati Eliza mencelos, sang pahlawan datang untuk yang kedua kalinya. Apakah ini merupakan suatu keberuntungan di masa sulitnya?

"I-iya, om."

"Kamu pucat sekali, Bandung pagi ini 13°c cukup dingin untuk tidak memakai jaket. Kenapa kamu nggak pakai baju yang lebih hangat?" Oh tidak! Kekhawatiran yang sangat kentara itu membuat Eliza terharu.

"Ayo masuk, saya pesankan kamu minuman hangat."

"Maaf, saya nggak bisa om, saya udah dipecat dari sana."

RESIGN [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang