ALL EYES ON RAFAH🇵🇸
Rafah sudah tidak aman lagi untuk saudara-saudari Palestina kita, pintu bantuan telah ditutup, pengeboman di sana sini, kelaparan menyebar ke segala penjuru masyarakat yang tengah mengungsi di sana. Maka jangan berhenti untuk membicarakan Palestina di mana pun, ayo bantu sebisa kita, kencangkan boikot dan panjatkan doa sebanyak-banyaknya.😭🤲🏻
Allahumma ashlih ahwal almuslimina fii palastin wa fii kulli makaan ya dzaljalali wal ikroom 🤲🏻🇵🇸🇮🇩
#freepalestine #alleyesonrafah #palestinewillbefree
Hasbunallah wa nikmal wakil nikmal maula wa nikmal waqiil.
Allahumma sholli 'ala sayyidina Muhammad wa 'ala alihi wa shohbihi.
🌿🌿🌿
Tangan Eliza mendadak gemetar begitu turun dari mobil, jantungnya berdegup kencang, rasa gugup menghampirinya saat melangkah ke dalam Mansion keluarga besar Alfareza. Adnan yang berjalan disebelahnya menyadari kegugupannya.
Lantas, ia merangkul pinggang Eliza dan menatap mata istrinya itu dengan lembut, seolah meyakinkan kalau semuanya akan berjalan sesuai harapan.
"Aku takut mengecewakan keluarga kamu, Mas."
Adnan menggeleng pelan lalu tersenyum, ia mencondongkan wajahnya ke telinga Eliza dan berbisik dengan lembut.
"Whatever they're saying about you, just let me know and trust me, it's never change my love to you."
"I know, tapi tetap aja, aku nervous karena ini first time aku ketemu sama kakak-kakak kamu selain Kak Nisa," nada kekhwatiran terdengar jelas dari ungkapan Eliza yang masih gelisah.
"It's okey babe, wajar kalau nanti bakal sedikit canggung, it's first time as you said, tapi tenang aja, Kak Nisa juga hadir ditengah-tengah kita, kamu tahu kan? Dia pintar cairkan suasana."
Eliza mengangguk sambil memaksakan senyum, selanjutnya ia hanya mengikuti arah kaki Adnan menuntunnya. Hingga mereka sampai di ruang makan, di sana sudah ada sang nenek dan para ipar Eliza.
"Assalamualaikum semuanya," sapa Adnan dan Eliza kompak.
"Wa'alaikumsalam warahmatullah."
"Wa'alaikumsalam, eh, anggota keluarga baru kita udah datang," sambut kak Nisa yang selalu excited apabila melihat Eliza.
Sedangkan kakak-kakak Adnan yang lain memilih bungkam, hanya memperhatikan sambil tersenyum simpul, pasalnya sebagian dari mereka tak begitu paham bahasa Indonesia.
Eliza tersenyum manis mendapat sambutan hangat Kak Nisa, tapi ia memilih untuk menghampiri Omah Shofiya karena sang nenek mertua sudah melambaikan tangan ke arahnya dan meminta pelukan.
"Masyaallah, alhamdulilah, akhirnya omah di kasih kesempatan untuk bertemu lagi sama cucu menantu omah yang paling manis ini," sambut Shofiya tak kalah hangat, beliau merubah panggilannya sendiri yang semula 'grandma' menjadi omah.
Eliza langsung mendatangi beliau dan mereka pun berpelukan erat. Perasaan Eliza sedikit lega setelah mendapat respon hangat dari sang nenek mertua.
Setelah bersalam-salaman dan bertukar kabar dengan semua anggota keluarga yang hadir, Adnan menggeser kursi untuk Eliza duduki lalu ia pun mengambil tempat di samping istrinya tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
RESIGN [On Going]
RomanceKetika Eliza mulai mempertimbangkan untuk resign dari Alfarez Group. Bosnya yang anoying, Adnan Alfareza, datang mengajaknya menikah dengan menawarkan mahar 20% saham dan jaminan 30% saham jika mereka sampai bercerai. Lalu apakah Eliza setuju? "Eliz...