Bab 23. Kebodohan Agam

20 14 8
                                    

 

 Ruang ICU Hospital universitaire pitie Salpetiere Kota Paris

Sementara di tempat lain nampak seorang pria tampan dengan keadaan terbaring, di atas kasur rumah sakit. Luka di tubuhnya sudah nampak mengering tinggal menunggu masa pemulihan saja kata Dokter baru ia benar-benar di katakan sembuh seratus persen. Bahkan saat ini, Agam sedang menunggu Dokter yang sudah di tugaskan untuk merawatnya. Untuk memeriksanya kembali sebelum di pindahkan di ruang rawat nanti.

Karena kondisinya, yang sudah mulai membaik, membuatnya meminta kepada momnya agar segera di pindahkan di ruang rawat. Karena Agam tidak sabaran ingin melihat seorang wanita yang sudah satu minggu ini, ingin sekali ia temui. Tetapi permintaannya itu tidak pernah terkabulkan, karena selama di ruang ICU ia di larang bergerak ke sana kemari.

“Mom.” Panggil Agam kepada momnya, yang nampak sedang menertawakan dirinya dari ujung ruangan dirinya di rawat. Mungkin karena kondisi tubuhnya yang sekarang, di baluti oleh banyak perban sampai di kakinya. Agam tak habis pikir, mengapa ia terlahir di dalam keluarga posesif seperti ini, dadnya memerintahkan kepada Dokter dan para perawat yang di tugaskan untuk merawatnya agar membaluti tubuh penerus mereka dengan banyak perban, agar lukanya tidak semakin membesar nanti.

“Mom!” panggil Agam kembali setengah berteriak. Selama dirinya di rawat di ICU, ia hanya bisa gigit tangan saja sebab para Dokter membatasi orang-orang yang ingin masuk ke dalam ruangan penerus keluarga Wiliam. Takutnya itu orang jahat, yang berpura-pura menyamar sebagai keluarga atau kerabat Wiliam, karena mendengar berita tentang wanita licik yang telah membuat putranya menjadi seperti ini, membuat tuan James memutuskan untuk membatasi saja.

Alih-alih mendengar kabar dari anak buahnya, jika Viola si wanita licik itu melarikan diri setelah mendorong putranya bersama seorang wanita dari keluarga Albert. Membuat tuan James khawatir, kepada keamanan calon penerusnya.

“Iya sayang ada apa?” tanya nyonya Alana dari balik kaca besar, yang terpampang di hadapannya itu. Bukan tanpa alasan nyonya Alana berbicara dari balik kaca kepada putranya, cuman saja ia sedang iseng untuk menjahili putranya yang nampak terkurung di dalam ruangan tersebut.

“Mom masuklah! Aku ingin berbicara kepada mom.” Kesal Agam menatap wajah penuh kemenangan momnya dengan datar. Yang nampak sedang menertawakan dirinya karena ia terkurung di dalam ruangan tanpa teman.

“Maaf sayang, dadmu melarang mom untuk masuk!” bohong nyonya Alana menahan rasa ingin tawanya ketika melihat putra semata wayangnya itu, nampak memasang wajah kesalnya di hadapan momnya.  

“Mom!” kesal Agam membuat wanita parubaya tersebut tertawa dengan keras. Rasanya sangat bahagia bisa menjahili putranya yang gesrek tersebut. Sudah lama nyonya Alana ingin sekali menjahili putranya, akibat kelakuannya yang buat geleng kepala satu mansion.

SCHOOL IN LOVE PARIS [SUDAH TERBIT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang