Bab 19. Rumah sakit

29 34 49
                                    



“Percayalah kepadaku.” Tutur Agam mendekatkan tangannya ke hadapan Claudia, agar gadis itu dengan mudah mengapainya. Sementara Claudia gadis itu nampak bingung, ada rasa takut, khawatir di hatinya.


“Percayailah ...” ucap Agam lagi menyakinkan Claudia untuk kedua kalinya.

Sementara Claudia.


‘Bagaimana ini? Pergi tidak? Pergi tidak?,’ batin Claudia dengan bingung.



“Jangan pergi?! Kau kira aku akan melepaskanmu begitu saja! Ck!” sinis Viola mencengkram erat kedua kaki Claudia hingga gadis itu meringis kesakitan.



“Claudia! Jangan dengarkan dia! Cepat kemarilah!” tutur Agam memasang wajah memohonnya. Semakin mendekatkan tangannya ke hadapan Claudia.


“Jangan! Aku bilang jangan?! Jika kau ingin melihatku jatuh silahkan saja!” sentak Viola tersenyum sinis. Mencoba memancing Claudia yang saat ini nampak frustasi. Sementara Kevin pria itu sedang pergi meminta pertolongan kepada para petugas keamanan di kota.


‘Aku tidak akan membiarkan kalian berdua selamat! Bahagia di atas penderitaanku ck! Tidak! Itu tidak akan pernah aku biarkan terjadi,’ batin Viola.


“Claudia! Percayalah! Jangan dengarkan dia!” sahut Agam.


“Pergi atau aku jatuhkan!” ancam Viola. Membuat Claudia benar-benar frustasi sekarang.


“Aku—“ saat ingin menjawab tiba-tiba saja seseorang berteriak dari bawah sana. Membuat Claudia menghela nafasnya lega, semua petugas sudah berdatangan dengan membawa berbagai alat. Bahkan saat ini, mereka sedang mencoba menaiki gedung dengan berbagai alat yang mereka bawa. Claudia nampak lega, akhirnya ia bisa terbebaskan dari kedua sejoli tersebut.


“Claudia! Bertahanlah! Kami akan segera menurunkanmu!” Kevin berteriak dari bawah sana.



‘Bagaimana ini? Rencanaku bisa gagal jika gadis ini selamat!,’ batin Viola khawatir. Ia harus cepat-cepat berpikir sebelum para petugas itu datang dan menolong mereka.



‘Akhirnya aku bisa terbebaskan dari mereka! Ini cukup mengerikan! Betul kata mom, jika sedang dalam situasi seperti ini cukup diam dan tenang,’ Claudia membatin menghela nafasnya sejenak.


“Claudia cepat pegang tanganku!” suruh Agam kepada Claudia untuk yang ketiga kalinya. Dan apa reaksi gadis itu! Masih sama seperti tadi, diam tidak bergeming sama sekali. Padahal situasi yang mereka hadapi saat ini sangat mengerikan. Jika orang yang phobia ketinggian mungkin sudah jatuh duluan, karena ketakutan. Mana lagi mereka berada di lantai ke lima Rootpoff.


“Ta—tapi.”  Bingung Claudia. Menatap Agam dengan saksama, rasanya jantungnya seperti berdisko di dalam sana antara malu ataupun Canggung. Yang penting jika berada di dekat ataupun di hadapan pria itu, debaran jantungnya tidak akan pernah berhenti. Walaupun selama ini ia sering menindas pria itu dengan segala kekuatannya.



“Cepatlah! Apakah kau ingin membuat orang menunggu? Mereka semua mengkhawatirkanmu!” tutur Agam membuat gadis berkacamata itu terdiam sejenak. Entah apa yang sedang ia pikirkan saat ini.


‘Sebaiknya aku pergi saja,’ batin Claudia dengan segera menggapai tangan kekar milik Agam. Ketika di rasa berhasil menggapainya. Agam hendak menarik tubuh gadis itu membiarkan Viola si wanita licik itu berdiam diri di bawah sana menunggu bala bantuannya sendiri. Agam bukannya jahat tidak mau menolong Viola, cuman saja ia ingin wanita itu sadar akan kesalahan yang ia perbuat dan menyesalinya.
“Akh!”


“Claudia?!” pekik Agam dengan cekatan memeluk tubuh gadis itu dengan erat, ikut mendorong diri bersama-sama terjatuh ke bawah sana. Walaupun nantinya akan ada yang patah tulang ataupun lainnya.


“CLAUDIA?!” pekik Kevin tidak kalah keras, menyuruh para petugas tersebut menyiapkan sesuatu semacam apapun itu yang penting empuk dan lembut. Agar mereka berdua dapat berjatuh ke atasnya.


Bugh!


“Argh!” teriak keduanya saat mereka terjatuh di atas sebuah benda empuk dengan berukuran sangat besar. Agam merasa tulangnya terasa sangat remuk, di dalam sana. Sedangkan Claudia yang saat itu, berada di atas bukannya di bawah merasakan sakit dan ngilu, pada kedua tangannya dan kepalanya.


“Siapkan Ambulance!” pekik Kevin khawatir dengan terburu-buru, menolong Claudia dan Agam yang nampak saling berpelukan di atas benda empuk di bawah mereka.


Saat mobil Ambulance datang Kevin segera menggendong Claudia yang nampak berteriak kesakitan untuk masuk ke dalam mobil. Sedangkan Agam, ia di bantu oleh para petugas rumah sakit masuk ke dalam mobil Ambulance yang sama dengan Claudia.

***

Hospital universitaire pitie Salpetiere
Kota Paris, salah satu rumah sakit nomor satu terbaik yang pernah ada di kota Paris lebih tepatnya di negara Perancis.
Sesampainya mereka di rumah sakit. Dengan tergesa-gesa para perawat maupun suster membuka pintu Ambulance tersebut ketika tahu siapa yang berada di dalam sana.


”Chiama il dottore!”   perintah Kevin pada salah satu suster, saat tubuh Claudia di letakkan dengan pelan-pelan di atas brankar rumah sakit.
[Cepat panggil Dokter]


“Si signore!”
[Baik tuan]

Selepas Suster tersebut pergi, brankar milik Claudia dan Agam pun segera di bawah masuk ke dalam ruangan ICU karena kondisi keduanya yang butuh pengawasan dari Dokter saat ini.


“Aku harus mengabari mom Lea secepatnya,” gumam Kevin dengan khawatir menelpon aunty Lea untuk mengabari keadaan Claudia saat ini.


Sambungan telepon tersambung.



"Ciao Kevin, che succede?" tanya mom Lea dari balik sambungan telepon, dengan kedua kening yang mengernyit heran. Tidak seperti biasanya keponakannya itu menelepon dirinya.
[Halo Kevin, ada apa Nak?]


"Zia perdonami, voglio qualcosa. Riguarda lo stato attuale di Claudia."
[Aunty maafkan aku, ingin mengatakan sesuatu. Ini tentang keadaan Claudia saat ini]


"Per favore, zia, non farti prendere dal panico ancora, e sto bene!"

"Claudia? Che c'è che non va in Claudia?"
[Claudia? Ada apa dengan Claudia?]


"Claudia è caduta dalla cima dell'edificio Rootpoff!"
[Claudia jatuh dari atas gedung Rootpoff]


Deg!


Prang!


“Aunty!”


“Halo Aunty, kau mendengarkan aku??”


“Aunty!” panggil Kevin dengan khawatir. Ketika mendengar suara benda jatuh dari balik sambungan teleponnya antara Auntynya dan dirinya.


“Ke—kevin, kau jangan membohongi Aunty!” isak mom Lea. Mulai terisak, membuat Kevin terdiam mendengar isakan auntynya saat ini, dari balik sambungan telepon.


Ia bingung mau berbicara apa agar Auntynya itu berhenti menangis. Karena sedari tadi Dokter belum keluar dari ruangan ICU tempat dimana Claudia di rawat.

***

Bersambung...

Happy Reading 😍

Jangan lupa tinggalkan jejak Anda. Dengan Vote + Komen 🥰

Tag PJ

EvaLiana63

SCHOOL IN LOVE PARIS [SUDAH TERBIT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang