3. Tekad

172 7 0
                                    

Di suatu rumah yang berukuran lumayan besar bernuansa putih dengan taman bunga yang berada dibagian depan. Itu rumah Tissa, peninggalan dari orang tuanya. Dulu keluarga Tissa termasuk keluarga yang berkecukupan karena usaha Kafe yang digeluti orang tuanya cukup mendulang kesuksesan namun kini tidak lagi. Sebab kafe tersebut ditutup karena Tissa belum berniat melanjutkannya mengingat dulu Tissa masih terlalu muda untuk memulai bisnis.

Di rumah tersebut hanya tinggal Tissa dan sang adik bernama Alin yang masih berumur 5 tahun.

Ceklek

"Assalamualaikum" salam dari Tissa yang baru saja tiba di rumah.

"KAKAAAAAAAAKKKKKKKKKKK"

Teriakan gadis kecil yang berlari menghampiri sang kakak.

"Uluh uluh adek kakak yang cantik" ucap Tissa sambil memeluk sang adik kecilnya.

"tadi sekolahnya gimana?"

"Tadi di sekolah Alin dapet hadiaaahh, soalnya Alin bisa belhituung satu sampai lima puluh!!" jelas Alin dengan penuh semangat dan bangga akan dirinya sendiri.

"Uuh pinter banget adik kakak, dapet hadiah apa?"

"alin dapet hadiah ini pemen oli pop" sambil menunjukkan permen hadiahnya yang sejak tadi sudah ia pegang erat-erat untuk ditunjukkan pada sang kakak.

"Lollipop Lin Lo lli pop"

"ih Alin sukanya oli pop"

"Ck terserah dah terserah"

"terus terus apa lagi?" ucap Tissa sambil mengelus-elus rambut adik kecilnya.

"tadi Alin jatuh pas lagi lali-lali tauuuuuk (lari-lari)" ucap Alin sambil menunjuk lututnya yang sedikit lecet.

"Udah diobatin?"

"udah tadi diobatin sama Bu gulu"

Alin memang kurang lancar jika mengucapkan kata R jadi dimaklumi saja ya gaes.

"oiya, tadiiiii pas Alin jatuh Alin gak nangis lagi kak" ucap Alin lagi

"pinteeerr, bagus gak nangis adek kakak gitu loh. TOS dulu dong"

Mereka berdua ber TOS ria kemudian berpelukan. Alin tersenyum senang, dia memang paling suka jika mendapat pujian dari sang kakak.

Alin masih duduk di bangku Taman Kanak-kanak. Setiap hari biasanya diantar oleh Tissa namun ketika pulang biasanya selalu diantar oleh tetangganya. Karena tetangga Tissa bernama Bu Ririn memiliki anak bernama Ibra teman sekelas Alin dan juga teman bermain Alin.

"udah makan?"

" udah,Alin makan loti balusan"

"makan lagi yuk, nih kakak bawa bakso kesukaan kamu"

"WAAAHHHHH ALIN JADI LAPEL LAGIIIIII" ucap Alin heboh sambil loncat-loncat kecil dengan mata bulatnya yang berbinar.

"yaudah yuk makan" Sambil menggandeng tangan mungil sang adik menuju ruang makan.

"mana kak! Cepatt cepaat cepaatt" ucap Alin sambil menggoyang-goyangkan tubuhnya.

"Alin udah LAPEL iiniiiiiii!"

Sambil mengerucutkan bibirnya karena perutnya yang sudah mulai kelaparan melihat makanan kesukaan. Dia akan selalu lapar jika melihat bakso, meskipun ia telah makan sekalipun.

"sabarr Linn ini juga lagi kakak potong-potongin baksonya"

Beberapa detik kemudian..

"Nihh udah"

NatissaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang