41. Prepare

110 5 0
                                    


“Ada keluarga lo yang bisa dihubungi? Gue mau minta restu buat nikahin lo.”

Tissa sempat terdiam dan raut mukanya terlihat sedikit murung “Ada satu orang, itu nenek gue. Tapi gue gak yakin dia mau dateng atau enggak.”

Mendengar penuturan Tissa membuat Kendra menangkap sesuatu, “Boleh gue tau kenapa?”

Tissa menghembuskan napas panjangnya dan mulai bercerita dengan singkat “Nenek gue masih mikir kalau meninggalnya putra semata wayangnya yang artinya Ayah gue, itu karena gue.”

“Karena gue maksa orang tua gue buat cepet-cepet pulang ke rumah, karena waktu itu gue udah nyiapin surprise buat anniversary mereka berdua. Dan gue gak mau mereka berdua pulang larut malam dihari itu.”

“Dan setelah itu gak lama gue dan nenek dapet kabar kalau mereka kecelakaan, dari situlah nenek mikir kalau ini semua gue penyebabnya. Gue yang buat mereka terburu-buru sampai buat mereka kecelakaan.”

“Nenek gak salah, awalnya gue juga mikir demikian dan selalu nyalahin diri gue sendri. Sampai akhirnya gue tau fakta kalau ada yang sabotase mobil ayah gue. Gue tau setelah gue gak sengaja denger bokap Gerald yang rekan bisnis Ayah gue juga termasuk teman dekatnya tapi nusuk dia dari belakang, Gue denger pas gue main ke rumah Gerald waktu itu. Kita dulu sempat deket, tapi semenjak gue tau itu. Gue marah besar dihadapan mereka, tapi bokap dan nyokap serta ada beberapa orang bodyguard keluarga mereka di sana.”

“Tapi kemarahan gue gak dianggap sama sekali oleh mereka. Gue udah berusaha laporin ke nenek gue tapi dia juga gak mau dengerin gue, dia masih gak percaya. Bahkan gue udah berusaha laporin ke pihak berwajib, lagi dan lagi karena gue gak ada bukti sama sekali akhirnya mereka bisa lolos. Sampai sekarang gue msih berusaha nyari bukti-bukti.”

Melihat Tissa yang sedang menumpahkan semua beban yang ternyata cukup berat dipikul sendiri oleh gadis itu, membuat Kendra mengusap kepala Tissa untuk memberi ketenangan “Ini bukan salah lo, gue bakal ungkap semuanya. Musuh kita sama, jadi gue pastiin orang itu akan dapat balasan yang setimpal.”

“Gue boleh peluk?” Tanya Tissa namun belum sempat Kendra menjawab dengan cepat Tissa memeluk Kendra dan menangis pilu mengingat-ingat kejadian itu, selama ini tidak ada yang tau selain dirinya sendiri. Tissa sangat pandai memendam lukanya.

“Lo sekarang gak sendiri lagi, gue bakal ada buat lo, gue bakal jagain lo dan semua tentang lo itu tanggung jawab gue.” Ucap Kendra.

*****
Kini Kendra dan Papanya tengah berada di ruang tamu, Papa Kendra yang baru beberapa menit lalu pulang lebih tepatnya diharuskan pulang akibat anaknya yang minta menikah dadakan. Sepulangnya tadi, Papa Kendra sempat melihat keadaan Tissa yang kini tengah ditemani oleh istrinya.

Masih terjadi keheningan di antara keduanya. Sampai akhirnya Papa Kendra bersuara “Gak pernah minta apa-apa, sekalinya minta malah minta nikah.”

“Kalau papa cuma mau ngomel, itu buang-buang waktu. Masih ada yang harus Kendra urus buat pernikahan Ken hari ini.”

“Ngebet banget, dia gak kamu bobol duluan kan?” Tuduhnya yang sontak membuat Kendra melemparkan tatapan tajamnya pada sang Papa. “Biasa aja liatnya, ini Papa mu bukan maling.” Ucap Papanya.

“Paah Kendra lagi serius.” Mendengar penuturan anaknya tersebut membuat Papa Kendra kini berdehem dan menegakkan badannya, sepertinya putra semata wayangnya ini benar-benar sudah bulat dengan tekadnya samapi-sampai tidak bisa ia ajak bercanda. “Keluarganya sudah kamu kabari?”

“Belum, ini Kendra mau menemui nenek Tissa. Karena keluarganya di sini hanya ada neneknya, yang lain di luar kota dan ada yang di luar negeri.”

“Yaudah kamu kabari neneknya.”

NatissaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang