44. Kekecewaan

133 4 0
                                    


Semua kegiatan pengembalian Raport telah selesai, kini semua siswa siswi bebas bermain bersama teman-temannya sebelum liburan tiba. Mereka mendapat jatah libur 2 minggu, dan itu adalah anugerah bagi mereka. Betapa gembiranya mereka, dari mulai perbincangan pulang kampung hingga ada yang sudah merencanakan akan liburan ke tempat wisata.

Namun berbeda dengan Kendra, Dion dan Alex yang kini mereka duduk-duduk bersama sambil menunggu sasaran mereka untuk menjalankan rencananya. Setelah lama menunggu, akhirnya muncul juga Resti yang sedari tadi sibuk di ruang guru karena ia dimintai tolong oleh wali kelasnya.

Resti yang melihat Kendra menatapnya, ia tersenyum sambil menyapa Kendra. Sedangkan Kendra tersenyum miring. Lets do it. “Lo sibuk gak?” Tanya Kendra.

“Enggak kok, kenapa?”

“Mau ikut gue bentar? Gue mau ngomong sesuatu.”

“Mau ngomong apa?” Tanyanya.

“Rahasia.” Bisik Kendra di dekat telinga Resti setelahnya mereka berdua beranjak pergi. Walaupun Resti dendam dengan keluarga Danuarta, tapi tidak bisa dipungkiri jika hati kecilnya juga sebenarnya menyukai Kendra.

Kendra membawa Resti ke rooftop, yang terlihat sepi. Keduanya hanya diam, dengan Kendra yang masih sibuk dengan pikirannya. Bagaimana ia akan mengambil ponsel Restie tanpa sepengetahuannya.

Hanya ada satu cara, mau tidak mau ia haus melakukan hal ini. Lamunan Kendra membuyar ketika Resti menepuk pundaknya. “Jadi mau ngomong apa?”

“Gimana perasaan lo ke gue?” Pertanyaan Kendra tersebut membuat Resti kaget sekaligus gugup. “M-maksudnya?”

“Punya rasa gak sama gue?” Tatapan Kendra semakin dalam pada Resti hingga membuat gadis itu merasakan hawa dingin di telapak tangannya. “Jawab aja, gausah takut.”

“G-gue….gue s-sebenarnya suka sama lo.” Setelah mengatakan itu Restie memejamkan matanya, ia siap menerima makkian Kendra atas keberaniannya mengungkapkan perasaan paka Kendra.

“Gue juga.” Jawaban Kendra membuat Resti kaget dan membuka matanya tak percaya. Kendra menatap intens Resti, ia juga memegang dagu resti dengan lembut. “Boleh gue cium lo?”

Sontak Resti membulatkan kedua matanya “H-hah?”

“Can I kiss your lips now, Beib?” Ucap Kendra. Resti seakan terbisu dengan tatapan dan suara Kendra, hingga tanpa sadar ia mengangguk sebagai tanda setuju.

Secara perlahan Kendra mendekatkan wajahnya pada Resti hingga kedua bibir mereka bersatu, masih tak ada pergerakan. Kemudian Kendra menjauhkan sejenak “Boleh gue taruh hp lo? Takut nanti jatuh , lagian juga ganggu aktivitas kita.”

Dengan tanpa ragu Restie memberika ponselnya pada Kendra, yang kemudian kendra letakkan di meja dengan beberapa tumpukan meja-meja lainnya yang sudah usang. Kendra kembali ke arah Resti yang masih terdiam di tempat hanya memperhatikan Kendra yang berjalan ke arahnya. Kendra tersenyum begitupula dirinya, dengan tanpa ragu resti mengalungkan kedua tangannya pada leher Kendra dan Kendra menekan tengkuk Resti hingga kedua bibir mereka bersatu kembali. Kali ini tak hanya kecupan tetapi lumatan secara perlahan Kendra berikan dan mendapat balasan dari Resti.

Jika Resti menikmati ciuman mereka dengan memejamkan kedua matanya, berbeda dengan Kendra yang membuka matanya melirik ke arah Ale dan Ciko yang terpaku dengan tindakan Kendra, mereka syokk. Namun Kendra mengkode dengan kedua matanya agar Ale dan Ciko segera menyelesaikan tugas mereka yakni memasang alat penyadap di ponsel Resti.

Sedangkan Kendra berusaha mengalihkan konsentrasi Resti agar hanya terfokus padanya. Namun ketika Ale dan Ciko tengah melancarkan tugasnya, mata Kendra menatap pada bagian pintu keluar masuk Rooftop dimana di sana tengah berdiri seorang gadis yang diam mematung menatap ke arah Kendra. Wajahnya nampak memerah dengan memancarkan raut kecewa, dia Tissa istrinya yang kini melihat adegan mesranya dengan Resti. Kendra kaget, kenapa Tissa bisa ada di sekolah? Sialan.

NatissaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang