20. Culik?

112 5 0
                                    

Tissa melaju motornya dengan sangat cepat, hingga ia mampu memimpin paling depan. Bukan hal yang bisa dikejutkan dari Tissa karena ini sudah keahliannya. Namun ia melihat sesuatu di depannya. Ada pohon tumbang yang menghalangi jalan, hingga membuatnya menghentikan laju motornya.

Tissa sempat menaruh curiga, kenapa bisa pohon tumbang di lintasan balap milik Letta. Karena biasanya Letta selalu mengechek lintasan sebelum digunakan, jadi tidak mungkin jika Letta membiarkan pohon tumbang begitu saja menghalangi lintas

Kecurigaan Tissa terhenti ketiga ketiga lawan Tissa datang. “Kenapa berhenti? Lanjut aja belok kiri” ucap salah satu dari mereka. Tissa sempat terdiam karena jalur itu tidak pernah digunakan untuk lintasan balap walaupun pada ujungnya akan mengarah pada garis finish.

Namun ketiga lawan Tissa sudah lebih dulu melaju melewati jalur tersebut, dengan sifat kompetitif Tissa yang sangat tinggi membuatnya tidak ambil pusing langsung melajukan motornya untuk menyusul lawannya. Dia tidak boleh kalah.

Kini Tissa berhasil menyusul ketiga lawannya dan berhasil memimpin kembali. Namun ia menyadari sesuatu dimana ketiga lawannya tampak sangat jauh jaraknya dengannya, sepertinya mereka memelankan laju kendaraannya. Dari sinilah Tissa yakin akan ada kejutan menantinya. Dan benar saja, ada 2 mobil menghalangi jalannya. Tissa kembali menghentikan laju motornya. Dan keluarlah 15 orang dari mobil tersebut dengan mengenakan topeng.

Tissa melepas helmnya, membuat kecantikannya kini nampak terlihat jelas hingga sempat menghipnotis orang-orang yang ada di sana. Tissa menunjukkan smirknya.

“Wih ada apanih? Mau bikin surprise buat gue?”

“Telaaattttt”

“Ultah gue udah seminggu yang lalu.” Ucap Tissa dengan santainya tanpa rasa takut sedikit pun.

Tak selang beberapa lama ketiga lawan Tissa datang. Hingga membuat Tissa menoleh kearah mereka. “Udah gue duga, tiga curut juga ikutan.”

“Jadi gimana rasanya seorang Dewi Aphrodit dikepung oleh banyak pemangsa gini?” tanya salah satu lawannya.

Tissa mengedarkan pandangannya ke arah orang-orang tersebut dan kembali lagi menatap lawan bicaranya. “Owh mereka pemangsa? Gue kira mereka yang bakalan jadi mangsa gue malahan.”

“Di situasi kayak gini masih bisa sombong juga lo ya?” Ucap laki-laki tersebut.

“owh itu tadi termasuk sombong ya?” ucap Tissa dengan nada mengejek, kemudian tangannya merogoh sesuatu di sakunya yakni sebuah permen karet. Dengan santainya ia membuka kemasan tersebut dan memakan permen karet dengan tenangnya.

“The real Aphrodit” ucap laki-laki tersebut “Pantes sepupu gue tergila-gila dan ambisius buat milikin lo” lanjutnya.

“Owh sepupu lo fans gue juga?”

“Bukan hanya sekedar fans, tapi dia bener-bener mau lo.”

Tissa berdecak “Bilangin sama sepupu lo, kalau gue udah ada yang punya.”

“Yang lo maksud cowok tadi yang ngaku jadi calon suami lo?”

“Wah lo pinter juga nebak.”

“Gimana menurut lo calon suami gue? Ganteng kan? Auranya keren, otaknya juga warisan dari Albert Einstein. Kata temen-temen gue dia juga kaya, bahkan kekayaannya gak cuman cukup buat 7 turunan gue aja. Tapi buat ngebiayaain 7 turunan kalian juga gak akan habis. Jadi gue udah gak buka lowongan cari jodoh, Cowok gue udah lebih dari cukup.”

Tissa sangat lancar dalam hal memuji Kendra. Laki-laki yang menurrutnya sempurna yang pernah ia temui selama ia hidup di bumi.

“Terserah lo mau muji calon suami gadungan lo itu, gue gak peduli. Karena sebentar lagi yang bakalan milikin lo hanya sepupu gue.”

NatissaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang