28. Tanpa Penolakan

117 6 0
                                    

CETAAKKKK

“Aishhh sakit bangsat!”

“Kebiasaan banget nyentil dahi gue!!” Protes Tissa tak terima dengan apa yang dilakukan oleh Kendra terhadapnya.

“Makanya jangan deket-deket.”

“Yaa kan bisa pakai cara baik-baik nyuruhnya!”

“Emang mempan dengan cara baik-baik?” tanya Kendra.

“Mempan kok asal ada kata sayangnya.”

“Kek gini misalnya ‘Jangan deket-deket sayang’ Nah gitu coba.” Lanjut Tissa. Sedangkan Kendra menggeleng-gelengkan kepalanya tak setuju, lagi pula malas sekali dia menuruti permintaan Tissa tersebut.

“Tuh tuhhh lo nya aja yang gak mau nyoba.” Ucap Tissa sambil jari telunjukknya menunjuk ke arah Kendra. Dan dengan pelan Kendra menurunkan jari tangan Tissa yang menunjuk tepat di depan wajahnya “Gak usah aneh-aneh.”

Tissa menghembuskan napasnya kasar dan kembali menatap lurus ke arah air mancur. “Oiya kenapa lo ngajak gue kesini?” Tanya Tissa.

Sebelum menjawab Kendra menoleh menatap Tissa. Merasa dirinya tengah ditatap oleh Kendra, Tissa juga berbalik menatap Kendra dan menaikkan salah satu alisnya. Kemudian Kendra memutuskan pandangannya.” Gue pikir lo bakal nangis kejer, makanya gue bawa lo kesini daripada bikin malu nangis di sana.” Ucap Kendra dengan santainya.

Sebenarnya bukan itu alasan Kendra, tetapi ia tau jika Tissa pasti butuh ketenangan karena kejadian tadi. Sehingga Kendra membawanya keluar. Selain itu, Kendra tau jika Tissa sedang menahan tangisnya sekuat tenaga ketika berada di tempat pertandingan tadi. Dan dengan segera Kendra membawanya agar Tissa bisa menangis sepuasnya tanpa dilihat oleh banyak orang. Namun Tissa tetaplah Tissa dia sangat pandai menahan tangisnya.

Sewaktu Kendra berkata jika tidak ada yang melarang Tissa menangis, Kendra menangkap tatapan mata Tissa yang seakan mengatakan jika ia tidak ingin menangis. Akhirnya Kendra berusaha mengalihkan topik lain untuk membantu Tissa menetralkan rasa sedihnya. Mengingat mungkin karena Tissa dan dirinya masih ada satu kali pertandingan di babak final bentar lagi, jadi gadis itu tidak mau menangis sebelum pertandingan dilaksanakan. Karena pasti orang akan melihat bekas tangisan di raut wajah gadis itu.

Dan benar saja berkat Kendra berada di sisi Tissa saat ini, membuatnya merasa sedikit lebih tenang dan terhibur.

Mendengar jawaban Kendra barusan membuatnya berdecih “Gue gak gampang nangis asal lo tau!”

“Iya gue percaya.”

“Lo gak gampang nangis tapi hampir nangis.” Ledek Kendra.

“Enggak! Enak aja!” Jawab Tissa ngegas.

Kendra mengangguk-anggukan kepalanya “Berarti tadi yang matanya merah, sampai berkaca-kaca dan nunduk mulu pas gue tarik keluar itu siapa ya? Kuntilanak atau orangutan?”

Dengan cepat Tissa memukul Kendra “Lo nyebelin bangettt sihhhhhh!”

“Itu gue bukan Kuntilanak atau orangutan!”

“oh itu lo? Katanya bukan.”

“Udah sih jangan dibahas, gue jeburin nih lo ke kolam depan  mau lo?!” Ancam Tissa pada Kendra. Namun sang empu malah tertawa melihat Tissa yang tengah kesal karenanya.

“Ketawa lagi!”

“Gue jeburin beneran nih?!” Lanjut Tissa yang masih dongkol dengan Kendra. “Tau ah puas-puasin aja ketawanya!”

Disela-sela rasa kesal dan dongkolnya, Tissa juga terpesona dengan Kendra yang tengah tertawa, baru kali ini ia melihat Kendra tertawa seperti ini. Namun Ketika Kendra sudah puas tertawa ia pun berhenti, dan menoleh kea arah Tissa yang tengah meenatapya tanpa berkedip. “Kenapa lihatin gue? Masih mikirin cara buat lempar gue ke kolam?”

NatissaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang