36. Boba

114 7 0
                                    


Masih dengan suasana hari santai di sekolah setelah dilaksanakannya classmeeting selama beberapa hari yang lalu. Kini tibalah pengumuman bagi para pemenang disetiap cabang yang dilombakan.

Terdapat beberapa kelas yang berhasil menjadi juara termasuk kelas dari Tissa yang berhasil menjuarai lomba Bulu Tangkis dan beberapa cabang lomba yang lain. Begitupula dengan Kelas Kendra yang berhasil menjuarai di cabang lomba futsal putra dan beberapa cabang lomba yang lain.

Di setiap pemenang diharapkan maju ke podium yang sudah disiapkan untuk mengambil beberapa hadiah. Tissa dan Kendra pun maju untuk mewakili kelas mereka masing-masing. Setelah hadiah dibagikan para pemenang berfoto Bersama untuk dijadikan sebagai dokumen kegiatan di sekoah.

“Selamat.” Ucap Kendra pada Tissa selang beberapa menit setelah mereka berfoto Bersama.

“Makasih. Selamat buat lo juga.” Jawab Tissa. Keduanya masih betah bertatapan hingga membuat teman-teman mereka menyoraki keduanya.

“CIAELAHH kedip dong lo berdua, kering tuh bola mata lo!” Teriak Ciko diikuti dengan siswa-siswi yang lain yang sontak membubarkan pandangan antara Kendra dan Tissa. Dengan segera mereka turun dari podium.

“Wihhhhhh dapet apanih besar banget hadiahnya.” Heboh Ciko menyambut hadiah kemenangan yang dibawa oleh Kendra.

Berbeda dengan Ale yang semenjak kejadian beberapa waktu lalu ia tidak menjadi manusia yang heboh seperti biasanya, jangankan heboh untuk berbicara saja dia hanya mengeluarkan beberapa kata saja. Jika seperti ini, Ale bisa dianggap benar-benar mirip dengan Alex kembarannya yang irit berbicara.

“Harus dirayain ya gak?.” Tawar Dion.

“Yoi.” Saut Ciko.

“Boleh juga.” Jawab Kendra dan Alex juga mereson hanya saja dengan anggukan.

“Lo gimana le setuju kan? Ada saran gak lo?” Tanya Dion yang peka jika akhir-akhir ini Ale sedikit berbeda, oh tidak sekedar sedikit tetapi sangat berbeda. “Gue ngikut aja.” Jawab Ale singkat.

Dion sedikit berdehem mendengar jawaban dari Ale “Kalau lo ada sarang gak?” Tanyanya pada Ciko.

“Lo nanya gue?”

“Bukan. Gue nanya ke setan yang ada di belakang lo!”

“Mana ada setan siang-siang gini njirr lu jangan ngadi-ngadi deh!”

“Udahlah lo jawab aja, ada saran gak lo? Kalau gue nanya ke Kendra dan Alex mereka pun juga jawabannya bakal ngikut-ngikut aja.”

“Bentar gue mikir.” Ucap Ciko sambil seolah-olah ia sedang berpikir keras, “AHAAA gimana kalau kita nonton?” Lanjutnya.

“Nonton apaan?” Tanya Dion.

“Nonton yang +++ gitu.” Jawab Ciko dengan entengnya. Yang langsung memperuleh pukulan ringan dari Dion “Yang bener lo kalau ngasih saran! Jangan sampai lo gue jadiin tumbal proyek bokap gue.” Ucap Dion.

“EHehehe bercanda gue bercanda, serius amat hidup. Lagian kita juga udah pada dewasa wajar dong.”

“Ya gak gitu juga, lo kalau mau lihat begituan ya lihat aja sendiri gak usah ngajak ngajak!” Tegas Dion.

“Alah lo juga pernah lihat begituan.”

“Sekali lagi lo ngomong aneh-aneh gue jahit mulut lo!”

“iye iyee ampuunnn ampunn. Oke balik lagi ke saran gue yang tadi, gimana kalau kita nonton film di bioskop. Gue denger ada film horor terbaru dan bagus.” Jelas Ciko pada teman-temannya.

“Film apa?” Tanya si manusia es yakni Alex.

“Aduh lupa gue judulnya, pokoknya tentang santet dan orang yang terkena santet itu dimandiin selama seribu hari buat ngilangin santetnya gitu-gitu deh kalau gak salah.”

NatissaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang