43. Janji

102 3 0
                                    


Melihat hal itu, membuat Kendra semakin gemas dengan istrinya ini. Kendra mendekatin Tissa dan membuka sedikit selimut Tissa “Nambah libur sehari lagi gak masalah sayang.” Ucap Kendra dengan suara beratnya.

Kendra semakin mendekatkan wajahnya pada wajah Tissa hingga……..

“JAUH JAUH LO DARI GUE!!”

BRUUKKK

Kendra meringis kesakitan akibat dorongan Tissa yang tiba-tiba dan sangat kuat. Hingga membuatnya terjatuh dari atas ranjang. Tissa juga syokk denga napa yang ia lakukan barusan, sungguh dia refleks melakukan itu karena merasa geli dan merinding ketika Kendra mendekatinya tadi.

“Sssshhh” Desis Kendra yang masih terduduk di lantai. Tissa langsung turun untuk melihat keadaan suaminya.

“Maaf gak sengaja Ken…. Gak kenapa-kenapa kan? Ada yang sakit? Mana? Bagian mana yang sakit?” Panik Tissa diselimuti rasa bersalah.

“Kamu gak kira-kira dorongnya Yang.” Kesal Kendra, bar-bar sekali istrinya ini.

“Y-ya habisnya kamu gitu tadi…” Setelahnya tissa membantu Kendra untuk berdiri.

“Sana tidur.” Ucap Kendra, yang membuat Tissa merasa tidak enak. Tapi Tissa tetap menurutinya, ia kembali menaiki ranjang begitupula dengan Kendra. Kendra membenarkan selimut Tissa kemudian ia juga menyelimuti dirinya.

Setelah selesai, Kendra memejamkan matanya tanpa mengatakan apaun pada Tissa. Hal itu membuat Tissa menjadi sangat merasa bersalah, bahkan sudah setengah jam berlalu ia masih saja tidak bisa tidur karena rasa bersalah masih menyelimutinya.

Tissa melirik ke arah suaminya yang masih memejamkan matanya dengan tenang, ia bertanya-tanya apakah Kendra sudah benar-benar tertidur? Tissa sangat ingin meminta maaf, karena ia merasa maafnya tad belum mendapat respon dari suaminya. Dengan ragu-ragu ia membangunkan Kendra “Ken..”

“Udah tidur atau belum?”

Tak ada sautan sama sekali dari Kendra, apakah benar sudah tertidur?

“Udah tidur ya?” Hal itu membuat Tissa melemas, suaminya sudah tidur. Sepertinya Tissa akan semalaman menahan rasa bersalahnya ini. “M-maaf.” Ucap Tissa, kemudian entah keberanian dari mana, Tissa memajukan dirinya dan mengecup singkat dahi Kendra “Good night.”

“Manggil apa ya gue? Pak suami atau sayang?” Gumam Tissa dengan dirinya sendiri, dengan jarak yang mesih di posisi sangat dekat dengan Kendra. “Dia manggil gue apa tadi ya? Sayang?Oiya dia manggil gue sayang. Gemesh banget sihh….”

“Yaudah gue manggil sayang aja biar sama. Ih tapi kok gue malu ya?” Gumamnya lagi. Tissa kembali memperhatikan wajah Kendra dan kembali mengecup dahi Kendra, kali ini ia kecup sebanyak dua kali.

Kemudia ia kembali pada posisi tidurnya semula dan membenarkan selimut, ketika Tissa akan memiringkan badannya yang artinya akan memunggungi Kendra. Dengan gerakan cepat, Tissa ditarik oleh Kendra hingga wajah Tissa menubruk dadanya. Kendra masih memejamkan matanya namun dengan senyum tipis terukir di bibirnya. Benar sekali, ia belum sepenuhnya tertidur. Ia masih bisa mendengar dengan jelas apa yang dikatakan oleh istrinya sedari tadi. Namun ia sengaja berpura-pura tidur.

Tissa yang kaget karena tindakan Kendra barusan, masih terpaku dalam dekapan Kendra. “Panggil sayang aja.” Ucap Kendra pelan dengan nada beratnya.

“Ihhh belum tidur dari tadi ya?!” Protes Tissa.

“Ssssstttttt” Dan mengeratkan pelukan pada istrinya, ketenangan yang sama-sama mereka rasakan hingga membuat mereka berdua tertidur.

*******
Keesokan harinya seseorang telah mengenakan seragam sekolahya dengan rapi, ia melirik seorang gadis cantik yang baru saja menjadi isrinya tengah membungkus dirinya dengan selimut. Kendra tersenyum gemash melihatnya, ia sengaja tidak membangunkan istrinya karena kondisi Tissa harus benar-benar pulih untuk ia ijinkan bisa sekolah kembali.

NatissaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang