45. Aksi

121 3 0
                                    


Setelah pertengkaran hebat dengan Tissa, Kendra memilih pergi agar ia tak sampai melampiaskan emosinya pada sang istri. Bagaimana pun wajar jika Tissa marah padanya, karena memang gadis itu tak tahu yang sebenarnya. Akan Kendra beritahu ketika semua rencana Kendra selesai.

Akan lebih baik jika Tissa tidak tahu rencananya, karena ia khawatir jika nanti Tissa akan nekad untuk ikut campur dalam rencananya yang justru akan membahayakan gadis itu sendiri. Kendra tidak mau itu terjadi.

Saat ini Kendra tengah menenangkan diri di markas yang sepi karena teman-temannya belum datang. Ia membuka ponsel dan mencari kontak Tissa. Senyum terukir ketika ia melihat kontak Tissa yang namanya belum ia rubah ‘Cewek Aneh’, iapun merubah nama kontak tersebut dengan ‘Mine.’

Mine

Aku pulang malam.
Udah aku pesenin makanan.
Tinggal ambil bentar lagi datang.


Tak lama centang abu-abu berubah menjadi centang biru artinya Tissa membaca pesannya. Masih tetap menatap room chatnya untuk menunggu balasan, namun nihil karena Tissa tak membalas pesannya sama sekali. Kendra hanya bisa menghela napasnya.

Kendra mematikan ponselnya dan memilih untuk bersandar pada sofa dengan memejamkan matanya. Hingga tak lama suara berisik dari teman-temannya mengganggu ketenangannya.

“Ck ck ck muka lo kok kaya gembel ken.” Ucap Ale yang melihat Kendra dalam keadaan berantakan dan raut muka tak bersemangat sama sekali. Sedangkan Kendra yang di maki tak menghiraukan sama sekali, ia malas berdebat hal tidak penting dengan Ale.

“Lo mending diem deh Le daripada nih gembel bentar lagi ngamuk.” Ucap Ciko yang juga mencela Kendra, sedangkan Dion mengintrupsi keduanya agar diam dan serius.

“Gue minta semua serius.” Ucap Dion. Jika sudah seperti ini, maka mutlak bagi semuanya untuk bersikap serius tanpa ada candaan. Ale dan Ciko yang sedari tadi asik cekikikan. Kini menegakkan tubuh mereka dengan tatapan mata serius, oke ini hal langka yang dilakukan oleh keduanya yang terkenal sebagai lawak grup.

“Gue sama Alex berhasil nemuin beberapa informasi. Pertama, pelaku penusukan adalah Gerald tapi dia salah sasaran. Apa lo tahu?” Yang dianggguki oleh Kendra, Jika hal ini Kendra sudah tahu ketika ia melihat CCTV sekolah.

“Kedua, percakapan yang gue denger dari ponsel Resti. Gerald malam ini akan menemui Resti di tempat biasa. Tapi gue gak tau tempat biasa yang mereka maksud itu dimana.” Ucap Dion.

“Ketiga, mereka berdua juga bahas kalau bokap mereka pasti akan marah besar. Tapi gue juga gak tahu perihal apa yang pasti gak bakal jauh-jauh dari lo dan keluarga lo.” Lanjutnya.

Kendra yang sedari tadi diam pun merespon “Lacak lagi nanti malam dan temuin lokasinya. Baru kita kesana.”

Dan semua menyetujuinya, tak lama Alex datang dengan membawa beberapa makanan tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Ia duduk di samping Dion dan mengotak-atik ponselnya.

“Seriusnya udah selesai kan?” Tanya ciko yang sudah tak sabar menyerbu makanan dihadapannya. Hanya direspon anggukan oleh Dion. Dengan senyum merekah Ciko segera menyantap makanan tersebut.

“Ck bagi gak?!”

“Lo yang lain aja, ini punya gue!” Jawab Ciko yang memeluk kotak berisikan martabak. Siapa lagi teman bertengkarnya perihal makanan jika bukan Ale.

“Gak bisa. Yang bawa itu saudara gue, jadi gue lebih berhak dari pada lo. Siniin!”

“Kaya dianggep aja lo sama Alex.” Jawab Ciko.

“Wah wah licin banget mulut lo kalau ngomong.”

Berbeda dengan Ale dan Ciko yang sibuk berdebat hanya karena hal yang tidak terlalu penting, menjadi hiburan bagi Kendra yang sedari tadi memperhatikan mereka. Sampai suara Alex mengintrupsinya “Makan. Biar gak mati.”

NatissaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang