38. Dua Luka

133 9 0
                                    


Sambil memasang jaket hitamnya Tissa masih setia menatap Bunda Kendra yang tengah berjalan pelan, hingga sesuatu membuat Tissa membulatkan kedua matanya dan berlari cepat ke arah Bunda Kendra "BUNDAAAAAA" Teriaknya.

Dengan gesit Tissa memeluk Bunda Kendra dengan sedikit memutar badan mereka dan..

JLEEBBBBBB

Arggghhh geramnya menahan sakit yang teramat sangat.....

Dengan posisi yang masih memeluk erat Bunda Kendra, Tissa sekuat tenaga menahan rasa sakit akibat tusukan benda tajam oleh seseorang yang berniat mencelakai Bunda Kendra.

Pelaku tersebut menggunakan hoodie gelap dilengkapi dengan masker. Ia membulatkan kedua matanya karena salah sasaran. Tissa masih terdiam dengan rasa sakitnya, menatap dalam kedua mata pelaku dan berusaha untuk menelisik. Ia seperti kenal dengan mata itu, tapi siapa.

Namun dengan cepat pelaku tersebut berlari menjauh dengan sangat gesit. Terlihat sangat ahli dalam hal ini bahkan di tempat keramaian seperti saat ini sampai tak ada yang sadar dengan tindakan pelaku, bahkan Bunda Kendra pun juga tak menyadari tindakan pelaku tersebut.

"Kenapa sayang?" Tanya bunda Kendra dengan melepas pelukan mereka. "Sampai lari-lari gitu, kaget bunda tau di peluk tiba-tiba sama kamu." Lanjutnya.

Tissa tersenyum sambil menahan rasa sakitnya yang tak disadari oleh siapapun. Apalagi dengan Tissa yang memakai jaket kulit berwarna hitam sehingga salah satu tangannya yang menahan luka tusukan di perutnya tak terlihat karena terhalang oleh jaket yang ia kenakan.

"Kok muka kamu gitu, kamu mules ya?" Namun baru saja Tissa hendak menjawab dan mengatakan jika ia terluka, seseorang datang dan sedikit menarik Tissa yang masih setia bercengkrama dengan Bunda Kendra.

Dia Kendra yang datang bersamaan dengan Papanya yakni om Saputra dengan raut wajah marah Kendra tampilkan, sedangkan Papanya menampilkan raut wajah khawatir. "Sayaangg kamu kok bisa ada di sini? Kan aku udah bilang jangan keluar rumah dengan alasan apapun!"

Bunda Kendra menghela napas Panjang ketika ia merasa suaminya ini sangat terlalu mengekaknya akhir-akhir ini, "Orang cuma mau ambil rapornya Tissa aja kok gak kemana-mana dan gak kira kenapa-kenapa aku sayang." Jelasnya dengan lembut.

"Kamu jangan bantah aku sayang, tolong harusnya kamu nurut! Kalau aku bilang jangan kemana-mana itu nurut. Ini juga demi kebaikan kamu, di luar bahaya buat kamu sayang. Kamu tolong ngertiin aku sama Kendra yang udah berusaha buat jaga kamu!" Ucap Panjang papa Kendra yang sudah sangat terlampau khawatir dengan istrinya.

"Aku capek di rumah terus, udah beberapa hari ini aku gak kamu bolehin keluar. Aku jenuh lagian ada apa sih? Bahaya apa? Sekarang buktinya aku baik-baik aja kan?"

Giliran papa Kendra menghela napas dan berusaha bersabar dengan istrinya yang keras kepala ini, ia tidak tega memarahi istri kesayangannya. "Yaudah aku harap ini terakhir kali kamu gak nurut, lain kali jangan di ulangi keluar tanpa izin dari aku."

"Iyaa sayang, lagian aku cuma mau ambilin rapor Tissa. Aku gak mau biarin calon mantu kesayangan aku ambil rapornya sendiri."

"Iyaa sudah, sekarang kita pulang. Udah selesai kan?" Istrinya mengangguk sebagai tanda setuju. "Saya pulang dulu." Ucapnya singkat pada Tissa.

"Bunda pulang ya sayang, maaf bunda gak jadi ikut kamu ke makam orang tua kamu. Lain kali aja ya sayang." Ucap Bunda Kendra pada Tissa yang direspon dengan anggukan lirih dan senyum manisnya.

"Papa pulang dulu Ken." Ucapnya pada sang putra yang terlihat menahan emosinya sedai tadi.

Setelah mobil Papa dan Bundanya melaju, kini pandangan Kendra fokus pada Tissa. Bahkan Tissa bisa membaca jika Kendra sedang emosi.

NatissaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang