32. Salah?

108 10 0
                                    

Semilir angin menerpa wajah seorang gadis cantik yang duduk santai dengan memejamkan matanya di bawah pohon, tepat di taman belakang sekolahnya. Terpaan angin, gemricik air mancur dan suara ranting pohon yang berbenturan membuat dirinya merasa tenang.

Hingga mampu membuat reda perasaannya yang tadi sempat merasa terganggu dengan interaksi Kendra dan Resti. Tissa menarik napasnya dan menghembuskannya secara perlahan, ia melakukannya selama beberapa kali hingga membuatnya sangat-sangat tenang. Tanpa sadar senyum tipis terbit dari bibirnya yang indah, seiring dengan suasana perasaannya yang membaik.

Masih di lokasi yang sama, ada sepasang mata yang melihat setiap gerak-gerik Tissa bahkan senyum Tissa juga tak luput dari kamera indra penglihatannya. Dia melihat Tissa dengan kedua tangan yang masih memegang kotak bekal. Bisa ditebak jika itu Kendra.

Ia berniat memakan bekal tersebut di taman belakang, namun tertunda ketika pandangannya menangkap sosok Tissa yang sedang tenang menikmati suasana di sekitarnya. Hingga ia memutuskan untuk mencari tempat duduk, melanjutkan tujuannya untuk memakan bekal buatan Tissa.

Kendra memakan bekal tersebut dengan snyum tipis yang juga terbit ketika merasakan bahwa lagi-lagi makanan Tissa sangat pas di lidahnya. Bahkan ia juga memakan bekal tersebut dengan sesekali melihat Tissa dari kejauhan.

*****
Malam yang larut membuat suasana di sekitar rumah Tissa sangat hening, menunjukkan jika semua tetangganya pasti sudah tertidur pulas. Berbeda dengannya yang baru saja selesai dengan aktifitas balapnya, jangan ditanya sudah pasti Tissa pulang tanpa tangan kosong karena kali ini ia juga menjadi pemenang.

Bejalan pelan dengan motor besarnya untuk menghormati para tetangganya yang sedang beristirahat, sampailah ia memasuki pelataran rumahnya. Tissa menyadari jika ia sepertinya memiliki seorang tamu yang tengah duduk di kursi depan rumahnya.

Setelah ia melepas helm dan merapikan rambutnya, ia turun dari motornya dan menghampiri tamunya tersebut. Kendra. “00:40 Dini hari.” Ucap Kendra singkat.

“Gue gak tanya jam.” Saut Tissa.

“Gue nyari lo, tapi kata adek lo. Lo gak ada.” Ucap Kendra.

“Kenapa gak masuk?”

“Tadi adek lo udah nyuruh gue masuk, dia sempat nemenin gue nunggu lo. Tapi dia ngantuk jadi gue suruh dia istirahat di kamarnya dan gue nunggu lo di luar.” Jelas Kendra, ini hal yang jarang sekali Kendra lakukan pada Tissa yakni menjelaskan secara beruntun.

Tissa mengangguk-anggukkan kepalanya kecil yang menandakan paham dengan penjelasan Kendra. “Sekarang udah ad ague, buruan lo ngomong ada perlu apa sampai-sampai rela nungguin gue pulang?”

“Cuma buat balikin kotak bekal lo doang, jangan lupa besok lo isi lagi dan kasih ke gue.” Ucap Kendra. Hal itu sontak membuat Tissa bingung, bukannya ia tadi memberikannya pada Ale?

“Kok bisa ada di lo?”

“Kan emang buat gue.” Jawab Kendra sambil menaikkan salah satu alisnya.

“Tapikan gak jadi gue kasih ke lo, terus gue kasih ke Ale?”

“Apa yang harusnya jadi milik gue, pasti bakal sampai ke gue. Jadi, lain kali kalau lo niatin mulai awal itu buat gue. Jangan pernah lo kasih ke siapa pun.” Tegas Kendra yang membuat Tissa mengerutkan dahinya.

“Y-ya siapa suruh lo udah makan bekal dari Resti, jadi gue pikir lo gak bakal mau bekal dari gue!” Omel Tissa yang emosinya siang tadi mulai kembali “Kalau tau lo bakal makan bekal si cewek ulet itu, ga bakal gue buatin lo bekal tadi!”

“Yang penting bekal lo udah sampai ke gue kan?” Ucap Kendra. “Terus apa masalahnya?”

“Lo masih nanya apa masalahnya?!” Heran Tissa dengan jawaban Kendra “Alah Mboh! Palingan juga bekal gue tadi lo buang, karena lo udah kenyang makan bekal Resti!” Lanju Tissa mengomel yang masih didengar dengan baik oleh Kendra dengan sabarnya.

NatissaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang